Makna Perayaan Imlek dan Sejarahnya di Indonesia, Bagaimana Asal-usulnya?

Makna Perayaan Imlek dan Sejarahnya di Indonesia, Bagaimana Asal-usulnya?

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Kamis, 08 Feb 2024 20:18 WIB
Ilustrasi Imlek 2574 Kongzili
Foto: Ilustrasi Imlek 2574 Kongzili (Getty Images/iStockphoto/manjik)
Jogja -

Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan momen yang penting bagi komunitas Tionghoa. Lantas, apa makna perayaan imlek dan bagaimana sejarahnya di Indonesia?

Biasanya, umat Konghucu merayakan momen ini dengan memberikan ucapan 'Selamat Tahun Baru Imlek' kepada teman dan keluarga. Selain itu, ada beberapa tradisi yang erat kaitannya dengan Tahun Baru Imlek.

Lalu bagaimana awal mula sejarah peringatan Imlek di Indonesia? Berikut ini penjelasan lengkap beserta makna perayaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapan Tahun Baru Imlek 2024?

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 3 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023, Imlek akan jatuh pada Sabtu, 10 Februari 2024.

Dasar penetapan Tahun Baru Imlek adalah kalender Lunar yang didasarkan pada siklus bulan dan matahari. Penetapan Imlek selalu berubah setiap tahunnya. Umumnya, jarak perbedaan tertinggal 21-51 hari dari kalender secara internasional.

ADVERTISEMENT

Tanggal Tahun Baru Imlek memang berubah setiap tahunnya, tetapi selalu jatuh antara tanggal 21 Januari hingga 20 Februari. Biasanya, Imlek juga jatuh pada hari kedua setelah titik balik matahari musim dingin.

Sebagai informasi, Tahun Baru Imlek selalu dikaitkan dengan tanda binatang menurut siklus shio. Untuk tahun ini, Tahun Baru Imlek 2024 merupakan tahun naga kayu.

Arti Kata Imlek

Lantas, apa arti kata Imlek? Kata Imlek memang berasal dari bahasa Mandarin. Namun spesifiknya, kata tersebut lahir dari dialek Hokkien.

Dalam dialek Hokkien, Imlek (ι˜΄εŽ†, dibaca im-le̍k) terdiri atas dua suku kata, di mana im berarti 'bulan' dan lek berarti 'penanggalan'. Dari situ, arti Imlek adalah 'kalender bulan'.

Istilah Imlek berbeda lagi dalam bahasa Mandarin. Kata tersebut dikenal dengan sebutan yin li(陰曆, dibaca yΔ«n lΓ¬). Maknanya juga sama, yaitu 'lunar calendar' atau 'kalender bulan'.

Selain Imlek, ada juga istilah lain yang digunakan untuk mengacu Tahun Baru China. Itu adalah Sin Cia.

Secara bahasa, sin artinya 'baru' dan cia bermakna 'bulan pertama'. Dari penjelasan tersebut, maka sin cia diterjemahkan sebagai bulan pertama pada kalender China yang baru.

Makna Perayaan Imlek

Berdasarkan penelitian berjudul 'Fungsi dan Makna Penyambutan Hari Raya Imlek pada Masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Bandar Lampung', perayaan Imlek memiliki makna sebagai perwujudan dari harapan-harapan masyarakat Tionghoa. Harapan itu di antaranya keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan.

Komunitas Tionghoa di Indonesia merayakan Imlek dengan ucapan syukur atas rezeki yang diberikan selama tahun sebelumnya. Selain itu, perayaan Imlek menjadi simbol agar tahun ini menjadi tahun yang berkah dan lebih dibandingkan sebelumnya. Adapun Imlek ini dirayakan selama 15 hari dengan berbagai tradisi di dalamnya.

Sejarah Perayaan Imlek

Awalnya, perayaan Imlek dilaksanakan oleh para petani di China untuk menyambut kedatangan musim semi. Konon, ada seekor binatang raksasa bernama Nian yang hendak memakan manusia pada pergantian tahun.

Hingga suatu saat, datang seorang kakek yang menantang Nian untuk memangsa binatang pemangsa lainnya. Nian menerima tantangan itu dan memakan hewan pemangsa lainnya sehingga membawa kedamaian dan kegembiraan.

Setelah itu, Nian dan si Kakek yang merupakan seorang dewa itu menghilang. Sebelum pergi, kakek memberikan pesan kepada warga agar memasang dekorasi kertas berwarna merah yang menjadi ketakutan Nian di pintu dan jendela.

Tak hanya itu, masyarakat juga diminta menggunakan petasan untuk mengusir Nian. Oleh karena itu, perayaan Imlek atau Sin Tjia dirayakan dengan cara menggantung lampion merah dan melepaskan petasan di malam pergantian tahun baru.

Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia

Perlu diketahui bahwa Tahun Baru Imlek memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Berikut ini penjelasannya dari masa ke masa, yang dikutip dari laman Indonesia Baik.

Pada 1946, saat Republik Indonesia baru terbentuk, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah Mengenai Hari-hari Raya Umat Beragama No.2/OEM-1946. Pasal 4 dari penetapan tersebut menetapkan 4 hari raya bagi orang Tionghoa, yakni Tahun Baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu (tanggal 18 bulan 2 Imlek), Ceng Beng, dan hari lahirnya Khonghucu (tanggal 27 bulan 2 Imlek). Dengan demikian, secara jelas dinyatakan bahwa Hari Raya Tahun Baru Imlek Kongzili merupakan bagian dari hari raya agama Tionghoa.

Pada 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No.14/1967 yang berkaitan dengan Pembatasan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Dalam instruksi tersebut diatur bahwa semua Upacara Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Tionghoa hanya boleh diselenggarakan di lingkungan keluarga dan di dalam ruangan tertutup.

Pada masa orde baru, perayaan Imlek masih dibatasi hingga setelah reformasi. Pada tahun 2000, pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa di Indonesia untuk merayakan tahun baru Imlek yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid.

Presiden Abdurrahman Wahid juga mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 yang menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif. Selanjutnya, pada tahun 2003, Imlek diresmikan sebagai salah satu libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Demikian penjelasan seputar makna perayaan Imlek dan sejarahnya di Indonesia. Semoga bermanfaat, Dab!




(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads