Kisah Warga Sleman Bikin Biogas Kotoran Sapi, Tak Ikut Pusing Saat LPG Langka

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Jumat, 07 Feb 2025 14:41 WIB
Sukamto saat menunjukkan alat yang digunakan untuk membuat biogas di samping kandang sapi miliknya di Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (7/2/2025). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Di tengah gaduh ketersediaan LPG 3 kg atau gas melon, seorang warga Padukuhan Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman menceritakan kisahnya mampu lepas dari ketergantungan gas melon. Dia memanfatkan limbah kotoran sapi, kemudian diolah menjadi biogas yang digunakan untuk memasak.

Adalah Sukamto (53) yang sampai saat ini masih setia menggunakan biogas. Di saat warga lain kelimpungan mencari gas melon, dia tetap tenang.

Dia menceritakan, biogas masuk ke kampungnya tahun 2013. Saat itu ada program dari pemerintah daerah untuk membangun instalasi biogas.

Maklum, di kampungnya jamak kandang sapi perah. Warga lereng Merapi rata-rata beternak sapi perah sebagai pemasukan tambahan. Sehingga limbah kotoran sapi sangat melimpah.

"Awal mula biogas masuk di Kampung Balon Wetan itu di 2013 dari Dinas PU-ESDM mau membangun biogas waktu itu 40 titik untuk dua kelompok," kata Kamto saat berbincang dengan detikJogja, Jumat (7/2/2025).

Jadilah dia bersama kelompoknya mengajukan proposal untuk membangun instalasi biogas. Limbah kotoran sapi yang biasanya dibuang atau dibuat pupuk kemudian diolah menjadi biogas yang aman untuk memasak. Pembangunan instalasi berlanjut sampai 2017.

"2013 kita dapat 20 unit. Berjalan lancar, tahun 2014 kita minta lagi kalau masih ada untuk pembangunan warga yang belum dapat. Kita 2014 diberi amanah membangun 50 unit," katanya.

Dia menceritakan, proses pembuatan biogas cukup mudah. Kotoran sapi dicampur air dengan perbandingan 1:1. Kemudian dari campuran itu dimasukkan ke reaktor hingga penuh dan ditunggu sekitar satu hari hingga gas muncul.

Sukamto saat menunjukkan alat yang digunakan untuk membuat biogas di Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (7/2/2025). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

"Kotoran itu kita masukkan ke mixer, komposisi 1:1 kita aduk setelah tercampur katup di mixer kita buka itu dia masuk ke reaktor. Posisi reaktor penuh dengan sendirinya biogas muncul," jelasnya.

Di reaktor yang dia miliki, berkapasitas 6 meter persegi. Jika digunakan untuk memasak bisa tahan hingga 8 jam. Atau sampai api yang berwarna biru menjadi merah tanda gas sudah hampir habis.

"Kalau standarnya kapasitas 6 meter persegi kalau masak dengan kompor satu tungku itu bisa tahan 8 jam untuk masak," jelasnya.

Meski demikian, dia mengaku memang ada perbedaan dibanding LPG. Terutama tingkat suhu api. Dimana api LPG lebih cepat membuat panas.

"Kalau perbedaan itu pasti ada. Dari segi api, biogas itu api sama-sama biru tapi tekanannya kurang. Lebih cepat (panas) LPG, kalau keamanan biogas itu sangat aman," jelasnya.

Meski demikian, pengguna biogas di kampungnya semakin sedikit. "Di sini dulu ada 23 KK, sekarang yang masih itu 3 atau 4 KK," kata dia.

Banyak faktor yang kemudian membuat warga enggan menggunakan energi gas alternatif. Di awal memang ada kendala di kompor yang sering rusak.

"Karena biogas itu mengandung sulfurnya tinggi gampang korosi di besi. Kalau sekarang kendala kompor itu kita bisa beli online," ucap dia.

Pengaruh utama adalah faktor manusia. Dia menduga, masyarakat saat ini lebih suka hal yang praktis.

"Pengaruh utama itu dari orangnya, maunya yang simpel praktis, terus kalau buat masak nggak bisa cepat kayak LPG. Tapi kalau dihitung itu biogas ini murah," kata dia.

Oleh karena itu, sampai sekarang dirinya tidak terpengaruh sama sekali dengan kisruh LPG. Dia berharap dengan sumber daya yang melimpah, warga bisa kembali menggunakan biogas sebagai energi alternatif.

"Ya di sini sebenarnya banyak alternatif-alternatif. Jadi kondisi saat ini tidak terlalu banyak berpengaruh," pungkas dia.



Simak Video "Video: Polisi Gerebek Lokasi Pengoplosan LPG di Badung Bali, 1 Orang Ditangkap"

(afn/ahr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork