Seorang pria di Jepang bernama Satoru Takaba terus membayar biaya sewa apartemen kosong selama 26 tahun. Apartemen itu bukanlah unit biasa, namun lokasi istrinya, Namiko Takaba, dibunuh secara brutal.
Dilansir South China Morning Post via detikProperti Jumat (19/12/2025), pembunuhan Namiko terjadi pada 13 November 1999. Saat itu, Namiko ditemukan tewas di apartemen dalam kondisi ditusuk di bagian leher.
Putranya yang berusia dua tahun tidak terluka, dan berada di dekat jenazah ibunya yang sudah bersimbah darah. Saat kejadian, Takaba sedang tidak berada di rumahnya.
Takaba dan putranya memutuskan untuk pindah dari apartemen itu. Namun, selama ini dia rutin membayar uang sewanya.
Total uang yang sudah dihabiskan Takaba untuk membayar sewa apartemen kosong itu mencapai 22 juta yen, atau sekitar Rp 2,36 miliar. Apartemen itu dia biarkan apa adanya. Bahkan, jejak darah juga tidak dibersihkan.
Takaba melakukannya dengan harapan, bakal ada petunjuk mengenai siapa pelaku yang sudah membunuh sang istri. Ia takut jika apartemen itu disewa orang lain, maka segala petunjuk penting pada TKP bakal hilang. Bertahun-tahun, Takaba dengan sabar menunggu adanya penemuan baru dalam kasus tersebut.
Sepanjang 26 tahun perjuangan mengungkap misteri kematian Namiko, sebanyak 100 ribu personel sudah dikerahkan polisi untuk menyelidiki. Sudah 5 ribu orang yang diwawancarai.
Saat itu, petunjuk yang didapat adalah pelakunya merupakan seorang perempuan dengan golongan darah AB, mempunyai tinggi sekitar 160 sentimeter, dan mengenakan sepatu ukuran 24 sentimeter.
Penantian yang Berbuah Manis
Setelah 26 tahun, kesabaran Takaba pun membuahkan hasil. Si pelaku memutuskan menyerahkan diri ke kantor polisi di Nagoya. Terungkap, pelakunya adalah teman sekelas Takaba yang ternyata pernah naksir kepadanya.
Terungkapnya pelaku terjadi setelah polisi membuka kembali penyelidikan kasus tersebut pada tahun 2024, dan fokus menyelidiki orang-orang yang terkait dengan keluarga Takaba. Pada 30 Oktober 2025, Kumiko Yasufuku (69) menyerahkan dirinya ke polisi.
Saat pembunuhan 1999 terjadi, Yasufuku ternyata pernah diwawancarai. Namun, dia menolak memberikan sampel darah untuk dicocokkan dengan DNA pelaku. Namun, Yasufuku di luar dugaan bersedia memberikan sampel darahnya, dan ternyata cocok dengan DNA pelaku sehingga dia ditangkap.
"Selama dua dekade terakhir, saya selalu khawatir setiap hari. Saya tidak berani menonton berita tentang kasus ini. Saya merasa cemas dan depresi setiap tanggal 13 November," kata Yasufuku kepada polisi, dikutip dari SCMP, Jumat (19/12).
"Saya tidak ingin ditangkap karena saya tidak mau menimbulkan masalah bagi keluarga saya. Tetapi ketika polisi menghubungi saya pada Agustus, saya sudah siap untuk ditangkap. Saya ingin meminta maaf kepada Namiko," katanya.
Takaba sendiri mengaku tidak menyangka bahwa sosok yang sudah menghabisi istrinya adalah orang yang dikenalnya, bahkan tinggal dekat mereka.
"Jadi, membayar sewa rumah selama bertahun-tahun memang sepadan. Sungguh mengejutkan bahwa pembunuhnya adalah seseorang yang saya kenal. Saya sangat menyesal atas apa yang terjadi pada Namiko," kata Takaba.
Simak Video "Video: Gempa M 7,6 Mengguncang Jepang, Ini Instruksi PM Takaichi"
(apu/apl)