Demo di Bundaran UGM, Ada Pantomim 'Si Bisu' Kirim Surat Cinta ke Penguasa

Demo di Bundaran UGM, Ada Pantomim 'Si Bisu' Kirim Surat Cinta ke Penguasa

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Jumat, 01 Mar 2024 18:59 WIB
Massa yang tergabung dalam DEWE YOBEN menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024)
Massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024). Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja.
Sleman -

Sejumlah massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman. Mereka mengkritik pemerintah dan kampus yang diam melihat kondisi demokrasi Indonesia saat ini.

Aksi diawali dengan aksi pantomim 'Surat Cinta Buat Penguasa (Dari Si Bisu Buat Si Dungu)'. Mereka juga membentangkan spanduk kritik yang ditujukan pada akademisi bertuliskan 'Kampus Jangan Diam, Rektor UGM Mana?', kemudian spanduk '6 Jam Di Jogja Mencari Rektor Pemberani'.

"Ya kita tahu hari ini 1 Maret tepat serangan umum dan kita melakukan sebuah bentuk aksi keprihatinan," kata koordinator aksi, Henry Gundul, Jumat (1/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024)Massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024) Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

Henry bilang, dalam aksi itu mereka mencari 6 rektor dan ketua BEM pemberani menyuarakan kebenaran.

"Kita lihat dari proses-proses MK dari proses-proses apapun bisu, mana, sehingga kita mencari enam rektor pemberani enam BEM pemberani untuk menyuarakan suara rakyat," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Aksi di bundaran UGM, lanjut Henry, adalah mengingatkan kembali bahwa pergerakan reformasi dulu juga diawali dari kampus ini.

"Dulu reformasi berasal dari sini di bunderan ini tapi hari ini juga pemerintah itu notabene lahir dari UGM tapi hari ini pula negara ini yang rusak kita tahu orang-orang dari mana, dan di sini lah, kampus ini sekarang ini bisu, tidak bersuara sama sekali," ucapnya.

"Suara yang pengen kita dengung-denggungkan UGM adalah sumber intelektualitas, tapi hari ini sariawan, sariawan," imbuhnya.

Massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024)Massa yang tergabung dalam 'DEWE YOBEN' menggelar aksi di seputaran bundaran UGM, Depok, Sleman, Jumat (1/3/2024) Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja

Lebih lanjut, dia menilai saat ini rakyat sudah tidak lagi dapat bersuara. Suara rakyat hanya menembus ruang hampa dan tidak lagi didengarkan.

"Mungkin dengan si bisu yang seorang diri ini mungkin mereka akan dengar dan juga kita lihat mungkin di sini di UGM ini rektor UGM akan dengar dan mungkin dia akan bersuara mengajak semua civitas akademik untuk memulai gerakan ini, untuk menyuarakan supaya negeri ini kembali, jangan sampai negeri ini menjadi rusak," pungkasnya.




(apl/ahr)

Hide Ads