Menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat Gresik bersiap menggelar tradisi Pasar Bandeng, sebuah kegiatan budaya yang sudah berlangsung turun-temurun. Pasar musiman ini bukan sekadar tempat jual beli, tetapi menampilkan kemeriahan pentas seni, atraksi budaya, hingga beragam kuliner khas.
Keunikan Pasar Bandeng membuatnya tidak hanya ramai dikunjungi warga lokal, tetapi wisatawan dari berbagai daerah. Menurut sejumlah sumber, tradisi ini telah ada sejak masa Sunan Giri dan masih terus dilestarikan hingga kini. Berikut ulasan lengkap mengenai asal-mula dan daya tarik Pasar Bandeng Gresik.
Asal Mula Tradisi Pasar Bandeng Gresik
Pasar Bandeng memiliki sejarah panjang yang diyakini sudah berkembang sejak abad ke-15, pada masa penyebaran Islam oleh Sunan Giri. Kala itu, Sunan Giri memiliki banyak santri yang berasal dari berbagai daerah Nusantara, seperti Jawa, Makassar, Ambon, Sumatera, Kalimantan, hingga Hitu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para santri memiliki kebiasaan membawa oleh-oleh ikan bandeng khas Gresik saat hendak pulang kampung menjelang Idul Fitri. Kebiasaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah tradisi pasar musiman yang kini dikenal sebagai Pasar Bandeng.
Pasar Bandeng Gresik Foto: Istimewa |
Menurut beberapa catatan lain, kemampuan budidaya bandeng juga bermula dari ajaran Sunan Giri. Ia prihatin melihat kondisi ekonomi masyarakat pada masa itu dan mengajarkan keterampilan bertambak untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Ada versi lain yang menyebut tradisi Pasar Bandeng bermula sejak masa Syekh Djalaluddin (Buyut Senggulu), keturunan Sunan Giri yang menyebarkan Islam di wilayah Trate. Putri beliau, Nyai Mas, menikah dengan Kyai Qomis dari keturunan kerajaan Islam Palembang.
Setiap menjelang lebaran, Kyai Qomis datang ke Gresik bersama rombongan besar, sehingga masyarakat memanfaatkan momen tersebut untuk menjual bandeng. Selain itu, terdapat pula versi yang menyatakan bahwa tradisi ini berkembang pada masa kolonial Belanda.
Banyak warga Gresik memiliki usaha tambak bandeng, sehingga wilayah ini dikenal sebagai penghasil bandeng berkualitas. Tradisi jual beli bandeng menjelang lebaran kemudian menjadi kegiatan tahunan yang semakin dikenal luas.
Hingga kini, Pasar Bandeng tetap rutin digelar setiap menjelang Idul Fitri, biasanya pada malam ke-25 hingga akhir bulan Ramadhan. Lokasinya semakin meluas, mencakup area sekitar 3 kilometer.
Mulai dari Jalan Gubernur Suryo (depan Ramayana Mall) hingga Alun-alun Gresik, serta meliputi Jalan Samanhudi, Jalan Hos Cokroaminoto, Jalan Raden Santri, dan Jalan Basuki Rahmat.
Daya Tarik Pasar Bandeng
Pasar Bandeng menawarkan pengalaman wisata yang unik, memadukan ragam kuliner olahan bandeng dengan nuansa religi dan budaya lokal, sehingga membuat pengunjung tak hanya berbelanja, tetapi juga merasakan kehangatan tradisi dan atmosfer khas komunitas setempat.
1. Tradisi Tahunan yang Meriah
Pasar Bandeng bukan sekadar pasar, tetapi sebuah tradisi budaya yang menyatukan masyarakat Gresik menjelang hari raya Idul Fitri. Pasar ini menjadi ruang bagi warga untuk berkumpul, berbelanja, sekaligus menikmati hiburan dalam suasana yang meriah.
2. Kontes Bandeng Kawak
Salah satu atraksi yang paling ditunggu adalah Kontes Bandeng Kawak, kompetisi ikan bandeng berukuran jumbo. Para petani tambak memamerkan bandeng terbesar dan terbaik mereka untuk memenangkan hadiah.
Contohnya, pada tahun 2015 seekor bandeng seberat 9 kg dari Mengare, Kecamatan Bungah, menjadi pemenang dan dibeli Wakil Gubernur Jawa Timur seharga Rp 5 juta. Sementara pada tahun 2022, rekor baru tercipta dengan berat bandeng mencapai 18,04 kg dan panjang 192 cm.
3. Ragam Olahan Bandeng
Pasar Bandeng juga menjadi surganya pecinta kuliner. Berbagai olahan bandeng dapat ditemui, mulai dari bandeng presto, bandeng asap, hingga otak-otak bandeng. Variasi menu ini menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.
4. Bazar Meriah dan Pentas Seni
Selain jual beli ikan, Pasar Bandeng juga menghadirkan bazar UMKM, pertunjukan seni budaya, musik tradisional, hingga kuliner khas Gresik. Nuansa ini membuat pasar semakin hidup dan menjadi ruang pelestarian budaya lokal.
5. Meningkatkan Perekonomian Lokal
Tradisi ini memberi dampak positif bagi ekonomi masyarakat, terutama bagi petani tambak bandeng, pedagang ikan, kuliner, dan UMKM yang terlibat. Momentum Pasar Bandeng menjadi sumber penghasilan penting menjelang lebaran.
6. Identitas Kuliner Kota Gresik
Bandeng telah menjadi ikon kuliner khas Gresik. Keberadaan Pasar Bandeng semakin menguatkan citra kota ini sebagai sentra perikanan dengan tradisi budaya yang kuat. Banyak wisatawan datang khusus untuk menyaksikan keunikan tradisi ini secara langsung.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)












































