Makam Air Mata Ibu Wisata Religi Legendaris di Bangkalan

Makam Air Mata Ibu Wisata Religi Legendaris di Bangkalan

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Rabu, 05 Nov 2025 22:00 WIB
Situs makam Air Mata Ratu Ibu
Makam Air Mata Ratu Ibu di Bangkalan. Foto: BKP3 Bangkalan
Bangkalan -

Terletak di puncak Bukit Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Makam Air Mata Ibu menyimpan kisah pilu sekaligus penuh harapan. Tempat ini bukan sekadar situs sejarah, tapi memadukan nilai spiritual, tradisi lokal, dan daya tarik wisata religius yang memikat peziarah dari berbagai daerah.

Kisah di balik nama Air Mata Ibu terkait sosok Ratu Ibu atau Nyai Syarifah Ambami, istri Panembahan Cakraningrat I, yang konon meneteskan air mata hingga menjadi mata air keramat di sekitar makam. Kepercayaan ini kompleks pemakaman menjadi tujuan ziarah serta tempat mencari berkah dan kesembuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Legenda Air Mata Ibu

Kisah di balik nama Air Mata Ibu berakar pada tokoh yang dikenal sebagai Ratu Ibu atau Nyai Syarifah Ambami (dalam beberapa sumber tertulis Sarifah/Syarifah Ambani), istri Panembahan Cakraningrat I.

Menurut catatan lokal dan tradisi lisan, Ratu Ibu konon adalah keturunan Sunan Giri dari Wali Songo. Ia kerap bertapa dan menangis karena perasaan bersalah dan pilu, hingga air matanya dipercaya terus mengalir dan menjadi mata air keramat di sekitar makamnya.

ADVERTISEMENT

Kompleks Pesarean Aer Mata bukan hanya terdiri dari satu liang makam. Menurut catatan arsip lokal, area ini memiliki beberapa cungkup, lima di antaranya memuat puluhan makam tokoh penting, termasuk Ratu Ibu dan beberapa anggota dinasti Cakraningrat, seperti Pangeran Cakraningrat II.

Untuk mencapai puncak bukit tempat kompleks pemakaman berada, pengunjung harus menaiki deretan anak tangga, sebuah perjalanan fisik yang terasa seperti persiapan batin sebelum memasuki ruang ziarah.

Jam buka Pesarean Aer Mata juga relatif fleksibel, sehingga peziarah kerap datang sejak pagi hingga malam. Pengunjung oun diimbau selalu menjaga kebersihan dan tata krama saat berada di kompleks.

Selain nilai religius, Pesarean Aer Mata menjadi penanda sejarah Kerajaan Bangkalan, serta hubungan politik dan budaya Madura dengan kerajaan lain di Jawa pada masa lampau.

Makam-makam di sini menjadi jejak yang mengingatkan tentang struktur kepemimpinan lokal, garis keturunan, dan praktik keagamaan yang hidup dalam masyarakat Madura. Beberapa peneliti lokal menempatkan situs ini sebagai upaya pelestarian cagar budaya, mengingat usia pemakaman yang berakar pada abad ke-17 Masehi.

Wisata Religi Ziarah

Kunjungan ke Pesarean Aer Mata seringkali menggabungkan wisata, sejarah, dan ritual. Pengunjung datang untuk menziarahi makam, mengambil air dari sendang yang dipercaya berkhasiat, atau sekadar merasakan atmosfer spiritual yang kental.

Selama musim liburan atau peringatan tertentu, jumlah peziarah meningkat signifikan. Tradisi memberi sedekah dan menyapu makam merupakan bagian dari etika ziarah yang dijaga komunitas setempat.

Namun, dinamika kunjungan tidak selalu mulus. Ada catatan masalah seperti kehadiran pengemis di jalur masuk yang beberapa kali dikeluhkan peziarah, sehingga pengelolaan lokasi menjadi perhatian bersama.

Tips Berziarah ke Makam Air Mata Ibu

Sebelum menapaki Makam Air Mata Ibu, penting bagi peziarah untuk mempersiapkan diri dengan baik. Berikut sejumlah tips berziarah ke Makam Air Mata Ibu Bangkalan yang bisa diperhatikan sebelum berkunjung.

  • Berpakaian sopan dan hormati norma setempat saat memasuki area makam.
  • Bawa air minum dan topi, karena cuaca Madura bisa terik, terutama saat menapaki anak tangga.
  • Hormati tata krama, hindari berbicara keras dan jangan memotret tanpa izin bila ada aktivitas ritual.
  • Siapkan fisik, jika membawa lansia, pertimbangkan bantuan berjalan atau pilih waktu pagi/sore saat suhu lebih sejuk.
  • Jika ingin bersedekah, serahkan pada pengelola atau jemaah yang bertanggung jawab agar bantuan tepat sasaran dan tidak memicu kerumunan pengemis.

Makam Air Mata Ibu bukan sekadar tempat peristirahatan tokoh, tetapi ruang untuk menelaah hubungan sejarah, spiritualitas, dan identitas lokal. Bagi peziarah dan wisatawan, mengunjungi Air Mata Ibu berarti menapak jejak waktu, menengok legenda yang menyejarah.

Juga sekaligus merasakan bagaimana sebuah tempat mampu menyimpan duka sekaligus memberi harapan. Jika berencana ke Madura, sisihkan waktu untuk menaiki anak tangga di Bukit Buduran, tempat di mana legenda dan keseharian bertemu dalam napas panjang Pulau Garam.

Artikel ini ditulis oleh Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads