Ingin liburan murah meriah sambil menikmati suasana vintage? Coba mampir ke Kampung Heritage Kajoetangan di pusat Kota Malang.
Kampung yang sudah ada sejak abad ke-13 ini disulap jadi destinasi wisata bergaya tempo dulu yang estetik dan penuh cerita sejarah.
Kampung wisata ini dikelola oleh Pokdarwis Kampoeng Heritage Kajoetangan yang sukses meraih predikat Pokdarwis Terbaik. Penghargaan ini berasal dari Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampung ini juga pernah masuk ke dalam peringkat 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 sebagai desa wisata terbaik. Potensi wisata Kajoetangan sendiri dipetakan menjadi 5, di antaranya: wisata tua bersejarah, situs religi, kuliner dan kegiatan perdagangan, eksplor sungai, serta event dan kegiatan.
Pesona Kampung Heritage Kajoetangan Malang
Kampung Kajoetangan saat ini mempunyai 23 spot rumah yang benuansa heritage. Bangunan-bangunan tua tersebut masih dirawat dengan baik hingga saat ini. Pesona bangunan tua menambah kesan sejarah yang lekat.
Berikut ini detikJatim rangkumkan pesona yang dapat ditemui wisatawan ketika berkunjung ke Kampoeng Heritage Kajoetangan Malang.
1. Rumah Cerobong
Rumah ini terlihat seperti arsitek kolonial yang khas. Rumah Ibu Supijatun tersebut telah ada sejak 1950-an dan direnovasi pada 1967 dengan tambahan cerobong asap pada bagian dapur.
Cerobong itu digunakan untuk mengeluarkan pembakaran. Pemiliknya merupakan penjual daging sapi yang direbus berlokasi di pasar pagi celaket dan pecinan.
2. Rumah Jengki
Bangunan Rumah Jengki ini memiliki luas 160 meter persegi. Rumah ini dibuat sekira tahun 1960, kemudian direnovasi pada 1968 ketika dimiliki oleh HSM, Ali. Bangunan rumah ini memiliki gaya arsitektur jengki dengan beratap sudut asimetris.
Ciri khas lainnya, rumah ini memiliki variasi yang menonjol. Seperti menggunakan kerawang sebagai lubang ventilasi, kosan, dan jendela yang tidak simetris. Apabila dilihat dari luar, rumah ini terkesan miring, tetapi interiornya tetap terbentuk kubus.
3. Rumah Jamu
Rumah jamu dibangun sejak 1940. Lokasinya berada di Jl. AR. Hakim II Nomor 7. Dahulu, rumah tersebut digunakan sebagai tempat pengobatan Shin She atau pengobatan tradisional dari Tiongkok.
Untuk menunjang pengobatan akhirnya dibuat jamu dengan racikan sendiri. Sampai saat ini pemilik masih berjualan anake jamu seduh di rumah tersebut.
4. Gubuk Ningrat
Bangunan yang berada di Jalan AR. Hakim II Nomor 1190 dibangun sejak 1964. Gaya arsitekturnya masih mempertahankan batu pondasi yang terlihat, teralis, dan jendela jenis kaca es.
Rumah ini diyakini milik golongan saudagar karena terdapat mahkota bagian atas yang berjumlah 5 tingkat. Rumah ini terkesan mentereng dengan berbagai elemen gaya arsitektur kolonial.
5. Rumah Namsin
Rumah Namsin berdiri pada tahun 1900-an. Pemilik pertamanya merupakan orang Belanda. Pada 1924-1940 bangunan ini pernah digunakan sebagai dealer motor.
Kemudian, pada 1950, rumah ini dibeli keluarga Namsin dan digunakan sebagai toko mesin jahit Singer. Logo dari Kampung Heritage diambil dari bangunan ini. Rumah ini bergaya Nieuwe Bouwen/Internasional style.
6. Rumah 1870
Bangunan ini menjadi rumah tertua yang dibangun sejak 1870-an. Ciri khas dari rumah ini adalah arsitektur kolonial pada elemen ventilasi, pintu, dan jendela. Rumah ini memiliki ukiran kayu sebagai ornamen atap terasnya. Terdapat teras kecil dipagari tembok di depan rumahnya serta pintu kayu dengan dua jendela besar di sisi kanan.
Masih terdapat bangunan unik dan terkesan vintage yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. Penasaran? Segera datangi. Tiketnya sendiri dibandrol dengan harga terjangkau, yakni hanya Rp 5000 saja.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(auh/irb)