Jalur Pendakian Penanggungan Mojokerto Dibuka Lagi, Simak Aturannya

Jalur Pendakian Penanggungan Mojokerto Dibuka Lagi, Simak Aturannya

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 03 Jan 2025 20:19 WIB
Gunung Penanggungan Mojokerto kembali dibuka untuk pendakian
Gunung Penanggungan Mojokerto kembali dibuka untuk pendakian (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Empat jalur pendakian ke Gunung Penanggungan di Mojokerto sudah dibuka pasca tewasnya Whiscyka Zafira Islamay Agustin alias Cika (17). Namun, ada beberapa peralatan yang wajib dibawa para pendaki. Apa saja?

Terdapat 4 jalur pendakian ke Gunung Penanggungan di Kabupaten Mojokerto. Yaitu jalur Kedungudi, Jolotundo dan Tamiajeng di Kecamatan Trawas, serta jalur Kunjorowesi di Kecamatan Ngoro.

Jalur Jolotundo selama ini dikelola LMDH Seloliman. Melalui jalur ini, para pendaki bisa mengakses Gunung Bekel 1.238 mdpl dan Gunung Penanggungan 1.653 mdpl. Cika tewas saat menadaki Gunung Bekel melalui jalur ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalur pendakian dekat Petirtaan Jolotundo ini pun ditutup pasca tragedi tersebut. Pengurus LMDH Seloliman, Suwarno mengatakan jalur kembali dibuka 15 Desember 2024. Namun, pihaknya masih menerapkan sistem buka tutup.

"Sistem buka tutup itu kalau pagi cerah kami buka. Kalau jam 12 siang mendung, kami tutup, tidak ada pendaki yang boleh naik, tinggal yang turun saja," terangnya kepada detikJatim, Jumat (3/1/2025).

ADVERTISEMENT

Jalur Jolotundo baru dibuka penuh pada Rabu (1/1). Untuk menikmati keindahan jalur ini, para pendaki cukup membayar retribusi Rp 15.000/orang. Sedangkan biaya penitipan sepeda motor Rp 10.000 dan mobil Rp 20.000 per malam.

"Kami selalu koordinasi dengan pengelola 3 jalur lainnya, kalau cuaca buruk, kami tutup. Pedoman kami prakiraan cuaca BMKG," jelas Suwarno.

Agar tragedi yang menewaskan Cika tak terulang, Suwarno mengimbau para pendaki tak memisahkan diri dari rombongan. Ketika terjadi cuaca buruk di atas gunung, para pendaki agar berlindung di tempat aman, lalu meminta bantuan tim SAR.

Sehingga tim SAR bisa segera melakukan evakuasi. Menurut Suwarno, pihaknya menyiagakan personel di 4 pos sepanjang jalur Jolotundo pada Jumat-Minggu.

"Kalau peralatan yang wajib dibawa adalah jas hujan. Peralatan yang lain sesuai standar pendakian juga harus dibawa," cetusnya.

Sedangkan jalur Tamiajeng, Kedungudi dan Kunjorowesi sempat ditutup 8 hari karena cuaca buruk. Yakni pada 7-14 Desember 2024. Selama musim hujan, pengelola 4 jalur pendakian Gunung Penanggungan sepakat menutup jalur apabila sewaktu-waktu terjadi cuaca buruk.

"Bisa sewaktu-waktu ditutup kalau kondisi cuaca buruk, hujan lebat, angin kencang dan petir. Berlaku semua jalur pendakian," tutur Sekretaris LMDH Sumber Lestari pengelola jalur Tamiajeng, Khoirul Anam.

Demi keselamatan, lanjut Anam, pihaknya melarang keras para pendaki melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Penanggungan atau Pawitra saat terjadi cuaca buruk. Setiap akhir pekan, pihaknya menyiagakan personel di puncak bayangan untuk mengawasi para pendaki.

"Karena biasanya perlengkapan pendaki ditinggal di puncak bayangan. Praktis mereka muncak tanpa peralatan, paling hanya jaket dan air minum. Maka sangat riskan kalau terjadi cuaca buruk," cetusnya.

Tidak hanya itu, tambah Anam, pihaknya juga memperketat syarat pendakian di pos registrasi jalur Tamiajeng. Selain harus membawa peralatan standar pendakian, para pendaki yang akan camping juga wajib membawa sleeping bag. Pasalnya, tenda, matras dan jaket tak cukup menahan udara dingin di atas gunung.

"Apabila tidak membawa, kami tahan. Pendaki bisa menyewa di warung-warung sekitar pos registrasi, tarifnya biasanya Rp 15.000," tandasnya.

Cika mendaki hanya berdua dengan Mutiara. Keduanya bertolak dari Basecamp Jolotundo pada Jumat (6/12) sekitar pukul 12.00 WIB. Tujuan mereka adalah puncak Gunung Bekel, anak Gunung Penanggungan. Posisinya di sebelah barat puncak Pawitra.

Setelah melewati pos 2, Cika dan Mutiara harus menyeberangi Watu Talang yang lebarnya sekitar 4 meter. Mereka sampai di Watu Talang sekitar pukul 15.30 WIB saat hujan deras.

Watu Talang menjadi jalan air hujan dari kawasan puncak menuju ke Jolotundo. Terdapat pegangan dari bambu dan kawat baja untuk memudahkan para pendaki menyeberanginya. Sedangkan lantainya berupa bebatuan. Air hanya melewatinya saat hujan.

Cika sempat takut menyeberangi Watu Talang. Sehingga ia meminta Mutiara menyeberang duluan. "Kemudian korban menyusul, hampir sampai, saat tangannya akan digapai temannya, korban terseret arus," tandas Hasan, anggota Tim SAR Penanggungan.

Mutiara lantas menelepon petugas di Basecamp Jolotundo untuk melaporkan hilangnya Cika. Ia membatalkan pendakian ke Gunung Bekel karena ingin segera mencari bantuan. Tewasnya Cika membuatnya syok berat.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads