4 Fakta Watu Semar Ikon Alun-alun Bojonegoro dan Cerita Legendanya

4 Fakta Watu Semar Ikon Alun-alun Bojonegoro dan Cerita Legendanya

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Selasa, 18 Jun 2024 13:55 WIB
Watu Semar di Alun-alun Bojonegoro.
Watu Semar di Alun-alun Bojonegoro. Foto: Budi Sugiharto/detikTravel
Bojonegoro -

Selain wisata alamnya yang menarik untuk dikunjungi, Kabupaten Bojonegoro juga banyak menyimpan cerita menarik. Salah satunya Watu Semar, sebuah batu besar yang dijadikan ikon Alun-alun Bojonegoro.

Batu raksasa ini diletakkan di depan Pendopo Malowopati, Alun-alun Bojonegoro. Konon dalam wujudnya yang alami, batu besar ini diyakini masyarakat menyimpan banyak hal berbau mistis.

Sebelumnya Watu Semar tidak diletakkan di alun-alun. Dulunya, batu ini berada di kaki Gunung Pandan, Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usia batu ini diyakini sudah ratusan tahun. Dari cerita tutur masyarakat, dipercaya batu ini terbentuk karena erupsi Gunung Pandan.

Oleh warga sekitar, Watu Semar sangat dikeramatkan. Sebab, mereka percaya benda ini terkait dengan seorang tokoh pewayangan Semar dari Punakawan.

ADVERTISEMENT

Kepercayaan masyarakat setempat tentang batu ini terjadi karena batu ini dianggap mirip tokoh Semar. Karena kemiripannya, batu besar ini kemudian mendapat sebutan Watu Semar.

Karena begitu populer, Watu Semar kemudian dipindahkan pada awal 2015 ke Alun-alun Bojonegoro berdasarkan perintah Bupati Bojonegoro kala itu, Sutoyo. Menghabiskan biaya hampir Rp 1 miliar, proses pengangkatan dan pemindahan batu ini mengalami berbagai rintangan.

Hambatan yang harus dihadapi para pekerja, misalnya saja tali baja yang digunakan untuk mengangkat batu sempat putus beberapa kali. Selain itu, ban truk pengangkut juga sempat pecah karena mengangkut batu raksasa ini.

Beredar pula desas-desus adanya korban jiwa dalam proyek ini. Kondisi ini membuat warga setempat mengaitkannya dengan hal gaib. Masyarakat mempercayai Mbah Semar meminta tumbal sebagai konsekuensi dan pemberian izin pemindahan batu tersebut.

Fakta-fakta Watu Semar

Lebih jelasnya lagi tentang Watu Semar, berikut sejumlah fakta yang perlu diketahui. Fakta-fakta Watu Semar Alun-alun Bojonegoro ini mulai dari jenis batu hingga fungsinya dulu.

1. Jenis Batu dan Bentuknya

Watu Semar tergolong sebagai batu andesit, yaitu batuan vulkanik yang secara umum memiliki warna abu-abu segar. Kandungan utama batu ini adalah tingginya kandungan silikat atau SiO2.

Saat dilihat sepintas, batu ini memang terlihat tambun menyerupai Semar. Sehingga masyarakat menjulukinya sebagai Watu Semar.

2. Berat Watu Semar

Batu ini memiliki panjang 4 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 3 meter. Dari ukurannya yang sebesar itu, Watu Semar memiliki berat mencapai 80 ton.

3. Tempat Ritual

Saat masih berada di tempat aslinya, masyarakat sering menjadikan batu ini sebagai tempat ritual ngalap berkah. Tak hanya dari dalam desa, banyak orang luar daerah pun ikut datang ke sini berharap permintaannya dikabulkan.

Legenda Watu Semar

Cerita legenda Watu Semar berawal dari kisah Punakawan yang hendak membuat gunung. Rencananya, gunung tersebut akan dibangun di lokasi awal Watu Semar sebelum dipindah ke Alun-alun Bojonegoro.

Pembangunan yang dilakukan saat gelap ini harus diselesaikan sebelum pagi. Namun sayangnya, mereka tidak sanggup menyelesaikan gunungnya hingga terbit matahari.

Supaya tak meninggalkan jejak, bebatuan yang dijadikan unsur utama untuk membangun gunung kemudian segera diobrak abrik. Dari situlah tercipta lautan batu yang salah satunya adalah Watu Semar.

Masyarakat lokal juga mempercayai batu tersebut dihuni Mbah Semar. Anggota Punakawan ini termasuk salah satu yang muncul dalam seni pahat dan karya sastra di zaman Singasari Majapahit hingga relief Candi Tigawangi dan Sukuh. Namanya juga muncul pada karya sastra karangan Sudamala.

Tradisi Lokal Masyarakat

Semar dikisahkan merupakan tokoh yang buruk rupa dan menjadi pesuruh, namun ia juga yang memimpin. Hal inilah yang menjadi alasan kebanyakan warga lokal meyakini Semar adalah jelmaan dewa yang disegani dewa lain.

Secara turun-temurun, masyarakat Bojonegoro yang meyakini Watu Semar ini sakral akan mewariskan kepercayaannya kepada generasi di bawahnya. Salah satu bentuk nyata keyakinan tersebut adalah masyarakat yang masih rutin memberikan semacam seserahan yang berisi jajanan pasar kepada batu ini.

Berbagai upacara adat juga kerap melibatkan Watu Semar. Sebagai contoh, tradisi gembrekan sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang diterima seseorang yang diiringi dengan doa khas Jawa. Berbagai macam makanan tradisional seperti combro, kupat, lepet, dan lain sebagainya diletakkan di atas Watu Semar sebagai syarat selamatan ini.

Wujud pendewaan terhadap Watu Semar lambat laun berkurang. Sekarang, batu raksasa ini tetap disakralkan sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah. Berbagai mitos tentang benda ini juga terus dijaha masyarakat untuk melestarikan budaya lokal Bojonegoro.

Tak ingin kehilangan identitasnya, warga Desa Sambongrejo setiap tahunnya datang ke batu ini. Mereka berduyun-duyun menyambangi Watu Semar di bulan Suro untuk mengadakan Sedulur Sambung Sambang Selo Semar (5S). Dalam bahasa Indonesia, acara ini berarti saudara seikatan mendatangi batu semar.

Masyarakat biasanya datang ke Alun-alun Bojonegoro dengan pakaian adat lengkap. Dalam ritualnya, 5S akan diiringi lantunan doa, pencucian batu, dan seserahan makanan. Acara yang diikuti berbagai kalangan masyarakat ini diinisiasi untuk melestarikan kebudayaan daerah.

Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads