6 Rekomendasi Wisata Religi Berbagai Agama di Madiun, Agendakan Sekarang!

6 Rekomendasi Wisata Religi Berbagai Agama di Madiun, Agendakan Sekarang!

Najza Namira Putri - detikJatim
Senin, 22 Apr 2024 15:38 WIB
Masjid Agung Baitul Hakim Madiun.
Masjid Agung Baitul Hakim Madiun. Foto: Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun
Surabaya -

Menghabiskan waktu libur dapat dengan cara berkunjung ke wisata religi. Salah satunya mengunjungi wisata religi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Di Madiun ada beberapa wisata religi seperti tempat ibadah hingga makam. Tempat-tempat wisata ini tentu sarat nilai sejarah dan spiritual.

6 Wisata Religi Madiun

Berikut enam wisata religi di Madiun yang bisa dikunjungi sendiri maupun rombongan. Yuk, agendakan liburan ke enam wisata religi di Madiun berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Klenteng Hwie Ing Kiong

Klenteng Hwie Ing Kiong di Madiun.Klenteng Hwie Ing Kiong di Madiun. Foto: Instagram Aston Madiun

Wisata religi Klenteng Hwie Ing Kiong adalah tempat ibadah bagi umat Konghucu. Nama Hwie Ing Kiong sendiri berarti istana kesejahteraan dan kemuliaan. Lokasinya di Jalan Cokroaminoto Nomor 69, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Klenteng Hwie Ing Kiong dibangun mulai 1887 Masehi dan selesai pada 1896. Sementara desain tempat ibadah ini berkonsep khas Tiongkok. Bangunan utama klenteng digunakan untuk pemujaan.

ADVERTISEMENT

Bagian depan klenteng dibangun empat pilar dengan ukiran naga. Sedangkan di bagian belakang, ada bangunan pagoda tiga tingkat. Bangunan didominasi warna merah dengan ornamen Tiongkok sebagai ciri khas klenteng. Klenteng ini buka 24 jam dan masuk secara gratis.

2. Gereja Santo Cornelius

Personel Brimob Polda Jatim bersama anggota Samapta Polres Madiun Kota melakukan penyisiran di Gereja Katolik Santo Cornelius, Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (23/12/2023). Polresta Madiun Kota bersama Brimob Polda Jatim melakukan sterilisasi di sejumlah gereja di wilayah tersebut untuk memastikan gereja steril dari bahan berbahaya guna memberikan rasa aman kepada jemaat yang akan melakukan rangkaian ibadah Natal. ANTARA FOTO/Siswowidodo/foc.Gereja Santo Cornelius. Foto: Antara Foto/Siswowidodo

Gereja Santo Cornelius merupakan tempat ibadah pemeluk Katolik. Tempat ibadah di jantung Kota Madiun ini bisa menjadi pilihan wisata religi. Lokasinya di Jalan Ahmad Yani Nomor 3, Madiun Lor, Pangongangan, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.

Desain bangunan terlihat modern, tapi ternyata gereja ini berdiri sejak 12 Maret 1899. Bahkan, tempat ibadah ini merupakan yang tertua kedua di Keuskupan Surabaya. Pada 1937 bangunan gereja direnovasi.

Pada area gereja, ada Gua Maria Diberkati yang berwujud patung Bunda Maria berwarna putih. Tmpat ini dilengkapi sekolah Katolik St. Bernadus. Pelaksanaan ibadah Misa berlangsung setiap hari di gereja ini.

Pada hari Senin sampai Sabtu, ibadah harian dilakukan pukul 05.15 WIB, sedangkan ibadah sore berlangsung pada pukul 18.00 WIB. Pada perkembangannya, tempat ibadah ini dinobatkan menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi di Jatim.

3. Masjid Kuno Taman

Masjid Kuno Taman Madiun.Masjid Kuno Taman Madiun. Foto: Disbudpar Jatim

Wisata religi lainnya ada Masjid Kuno Taman. Lokasi masjid ini di Jalan Asahan Nomor 46, Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Pengunjung bisa datang kapan saja karena masjid ini buka 24 jam.

Masjid Kuno Taman dibangun Kiai Donopuro pada 1754. Bangunan utama masjid ini terbuat dari kayu jati berukuran besar. Dengan gaya arsitektur Jawa, tempat ini beratap tajug khas joglo dan memiliki tiga pintu masuk. Masjid ini mempunyai kaitan dengan sejarah Kerajaan Mataram sebagai awal mula berdirinya Madiun.

Adapun Kiai Donopuro merupakan inisiator penyebaran agama Islam di Kota Pendekar. Pada 1981, masjid ini masuk daftar peninggalan cagar budaya. Kala itu, namanya juga berganti menjadi Masjid Besar Kuno Madiun.

4. Masjid Kuno Kuncen

Masjid Kuno Taman Madiun.Masjid Kuno Taman Madiun. Foto: Disbudpar Jatim

Masjid dengan nama lain Masjid Nur Hidayatulloh ini menjadi masjid tertua di Kota Madiun. Lokasinya di Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Masjid Kuno Kuncen buka 24 jam dan tidak dipungut biaya masuk.

Masjid ini berdiri sejak masa pemerintahan Pangeran Timoer yang merupakan Bupati Madiun 1567. Pada area masjid juga ada patung Bupati Madiun seperti Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Bupati Mangkunegara I, dan Patih Wonosari.

Peninggalan sejarah lain di tempat ini yaitu artefak-artefak di sekeliling masjid. Sekaligus ada sendang atau tempat pemandian keramat di area Masjid Kuno Kuncen.

5. Masjid Agung Baitul Hakim

Masjid Agung Baitul Hakim Madiun.Masjid Agung Baitul Hakim Madiun. Foto: Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Madiun juga memiliki Masjid Agung Baitul Hakim. Tempat ini dibangun di Jalan Aloon-aloon Barat, Kelurahan Pangongangan, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Masjid Agung ini diperkirakan berdiri 1830-an saat zaman kolonial Belanda yang dipimpin RonggoJumeno.

Bangunannya memang terlihat modern tapi masjid ini sempat direnovasi pada 2002-2011. Bangunan masjid mempunyai lima kubah besar, tiga kubah kecil, dan satu kubah di bagian selatan. Seperti masjid pada umumnya, tempat ibadah ini dilengkapi menara setinggi 25 meter di utara pintu gerbang masjid.

6. Makam Pendiri Pencak Silat Ki Ageng Pandan Alas

Makam Pendiri Pencak Silat Ki Ageng Pandan Alas.Makam Pendiri Pencak Silat Ki Ageng Pandan Alas. Foto: Jadesta Kemenparekraf

Bukan hanya masjid, Madiun juga ada wisata religi makam yang bisa dikunjungi. Makam ini merupakan makam pendiri Pencak Silat Ki Ageng Pandan Alas. Lokasinya di Desa Kare, Kabupaten Madiun.

Persilatan Ki Ageng Pandan Alas merupakan keluarga persilatan yang berasal dari Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Pada 10 November 1972, Ki Ageng Pandan Alas resmi menjadi anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

10 November 1972 menjadi tanda berdirinya perguruan ini sebagai seni bela diri pencak silat. Fokus perguruan tersebut untuk membela diri saat berada di situasi darurat, bukan untuk bertarung atau menyakiti orang lain.

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads