Mendulang Berkah di Pesisir Surabaya

Savira Oktavia, Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Kamis, 28 Des 2023 10:26 WIB
Kawasan pesisir Romokalisari Surabaya (Foto: Nabila Meidy Sugita/detikJatim)
Surabaya -

Keindahan pesisir Surabaya tidak hanya menjadi daya tarik bagi para wisatawan, tetapi juga menjadi penyelamat ekonomi warga sekitar. Selain memberikan pengalaman liburan yang mengesankan bagi pengunjung, destinasi wisata di daerah pesisir membuka peluang baru untuk meningkatkan penghasilan warga.

Seperti yang terjadi di kawasan Romokalisari Adventure Land yang termasuk ke dalam daerah pesisir di Kecamatan Benowo, Surabaya. Di mana lokasi wisata ini merupakan bagian dari program Padat Karya yang dibentuk Pemerintah Kota Surabaya. Tujuannya untuk memberdayakan kelompok yang terdata sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sebelum akhirnya berganti istilah menjadi Keluarga Miskin (Gamis).

Pada tahun 2020, Pemerintah Kota Surabaya mendata sebanyak 100 MBR yang selanjutnya diberikan perizinan agar dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia di sekitar lokasi wisata. Mulai dari lapak penjualan ikan segar, menjadi pedagang kaki lima (PKL), hingga operator wahana. Tujuannya agar mereka memperoleh penghasilan sendiri.

"Kalau wisata yang ada di sini, memang ini suatu program dari Bapak Eri Cahyadi, yaitu program Padat Karya. Ya itu di dalamnya ada MBR. Tapi, sekarang kan pake data Gamis (Keluarga Miskin), MBR sudah hilang," ungkap Ketua RT Rusunawa Romokalisari sekaligus Ketua Paguyuban Romokalisari Adventure, Mansyur S, Rabu (27/12/2023).

"Waktu di 2020 masih pakai data MBR, nah itu yang dipakai acuan Pak Eri Cahyadi untuk memasukkan hampir 100 MBR yang ada di sini. Jadi baik di Mamin (makanan minuman), Lapak Segar, PKL sama kru dari wahana per wahana ini semua dari MBR. Jadi enggak sembarangan," lanjut Mansyur.

Menurut Mansyur, tempat wisata ini dikelola oleh Paguyuban Romokalisari Adventure, tanpa campur tangan dari Pemkot Surabaya. Sejumlah 50 MBR bertugas sebagai pengelola wahana.

Penghasilan yang telah diperoleh dalam kurun waktu dua minggu dari masing-masing wahana dikumpulkan menjadi satu, lalu dibagi sebanyak 20% untuk tabungan operasional, dan sisanya dibagikan kepada para pengelola wahana itu sendiri.

"Jadi memang fasilitas-fasilitas tempat atau sarana prasarana disediakan oleh Pemerintahan Kota. Di dalam satu tahun kita berjalan melalui manajemen paguyuban, jadi pemerintah tidak mengambil sedikit pun. Untuk yang ada di wahana ini kan banyak yang keluar sekitar 50 MBR," bebernya.

"Jadi hasilnya berapa selama dua minggu, seumpama Rp 20 juta ini kita bagi. 20% masuk tabungan operasional, yang sisanya kita bagikan ke 50 MBR. Jadi tidak digaji oleh Pemkot, tapi dari hasil perolehan wahana masing-masing yang kita kumpulkan jadi satu. Kalau ada kerusakan ya kita (yang tanggung)," jelas Mansyur.

Tak hanya di pesisir Romokalisari, berkah dari adanya wisata ini juga dirasakan pengasap ikan di kawasan Kenjeran, Surabaya. Ia adalah Fizuroidah yang sudah 10 tahun menjadi pengasap ikan.

Fizuroidah mengungkapkan, dengan adanya lokasi wisata, dapat membantunya meraup penghasilan. Karena, kunjungan dari wisatawan membantu melariskan dagangannya.

"Sabtu Minggu (paling laris) kan dekat wisata. Kalau liburan lumayan agak ramai liburan sekolah, biasanya tahun baru yang ramai. Iya terbantu (dengan adanya tempat wisata), makin ramai karena sebagian besar pembelinya juga datang dari wisatawan," kata Fizuroidah.

Di sisi lain, kelompok pengusaha depot makanan dan minuman di dalam kawasan THP Kenjeran yang telah membuka usaha dari sebelum diadakannya renovasi mengungkapkan, adanya perubahan sistem tata letak depot, justru membuat dagangan mereka jarang dilirik pembeli. Karena, lokasinya yang membelakangi pantai diduga menjadi pemicunya.

"Jam 12 gini kadang sepi, kadang Minggu lho belum dapat penglaris. Yang depan ramai soalnya menghadap ke laut," kata pengusaha depot makanan di dalam kawasan THP Kenjeran Susan.

Keluhan sepi pembeli juga disampaikan salah seorang pedagang kerajinan di dalam kawasan THP Kenjeran. Ia mengaku barang dagangannya tidak selalu ramai pembeli, akan tetapi ketika rombongan wisatawan yang berdatangan, akan sedikit membantu meningkatkan penghasilan mereka.

"Kalau sekarang itu ya banyakan nggak dapat uang, kadang kalo hari Senin nggak dapat uang, besoknya dapet 50 ribu, kalau ada rombongan gitu ya dapat Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," jelas penjual kerajinan rajut di THP Kenjeran, Muawanah.



Simak Video "Video: Diduga 20 Tahun KDRT Istri, Suami di Surabaya Ditangkap Polisi"

(hil/dte)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork