Banyuwangi tak hanya memiliki wisata alam indah, tetapi juga ada wisata religi Antaboga. Wisata yang menjadi wujud pluralisme di Bumi Blambangan ini lokasinya di Desa Sumbergondo, Glenmore, Banyuwangi.
Objek wisata Antaboga berdiri di lahan seluas 3 hektare di tengah hutan pinus. Tidak berada di pinggir jalan, wisata toleransi ini masuk kawasan tengah hutan di lereng Gunung Raung.
Dirangkum dari berbagai sumber, wisata Antaboga menghadirkan wisata religi enam agama. Antaboga diambil dari nama tempat peribadatan yang dibangun pertama kali di sana, yaitu Pura Beji Ananthaboga. Pura ini dibangun Yayasan Lingga Dharma Putra pada Juli 2011.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah tempat peribadatan umat hindu itu, dibangun tempat peribadatan agama Buddha, Konghucu, Kristen, dan Islam. Seluruh pembangunan selesai dan dibuka untuk umum pada Juni 2016. Enam tempat ibadah ini menjadi ikon objek wisata Antaboga.
Pura sebagai simbol agama Hindu, altar dan patung Dewi Kwan Im sebagai simbol agama Buddha dan Konghucu, patung Yesus dan Bunda Maria di perbukitan sebagai simbol agama Kristen dan Katolik. Ada juga patung Nyi Roro Kidul sebagai simbol kepercayaan Kejawen.
Tempat wisata ini mengajak pengunjung meningkatkan toleransi antar umat beragama. Pengelolaan tempat ibadah di Antaboga dijaga pemeluk agama yang bersangkutan, sehingga dapat menjaga dan merawat tempat ibadah tersebut dengan baik.
Selain itu, wisatawan juga bisa menemukan tiga kolam yang bersumber dari air pegunungan lereng Gunung Raung, yang dinamakan Sendang Tri Murti. Pertama, Sendang Dewi Gangga yang menjadi simbol penyucian, Sendang Dewi Uma simbol peleburan, dan Sendang Bedawang Nale simbol permohonan.
Pengunjung pun dimanjakan dengan pemandangan hutan pinus yang lebat dan segarnya udara sekitar. Setelah letih berkeliling, wisatawan bisa mampir di warung dekat tempat ibadah untuk sekadar bersantai, atau minum kopi dan makan camilan.
Wisata Antaboga tidak mematok tarif tiket masuk. Hanya saja, pada setiap rumah ibadah terdapat kotak amal untuk memberikan dana sukarela. Dana yang terkumpul digunakan untuk perawatan rumah ibadah.
Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/dte)