Pesarean Gunung Kawi menjadi obyek wisata religi dan budaya di Kabupaten Malang. Letaknya di sebelah selatan lereng Gunung Kawi, tepatnya di Jalan Pesarean, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Di dalam area pesarean, terdapat makam dua tokoh yang melegenda bagi masyarakat Jawa maupun masyarakat Tionghoa, yaitu Eyang Njoego dan Eyang Raden Mas Iman Soedjono.
Kedua tokoh ini mempunyai kharisma yang hingga kini dikenang dan didoakan oleh masyarakat dari berbagai etnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eyang Njoego atau Kiai Zakaria II adalah cicit dari Susuhunan Paku Buwono I yang memerintah Keraton Mataram dari tahun 1705 sampai dengan 1719. Ayah dari Kiai Zakaria II merupakan ulama besar di lingkungan keraton saat itu.
Eyang Njoego dan putra angkatnya Raden Mas Iman Soedjono merupakan laskar dalam perang Diponegoro. Seperti para pejuang lain di masa kolonial waktu itu.
Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, Kiai Zakaria II berganti nama Eyang Sadjoego atau disingkat Eyang Njoego. Tujuannya, untuk menyamar sebagai rakyat biasa, untuk menghindari kejaran Belanda.
Dalam berkelana, Eyang Njoego kemudian berhenti dan mendirikan padepokan di Desa Jugo, Kecamatan Sanan, Kabupaten Blitar. Setelah wafat, jenazah Eyang Njeogo dibawa ke Wonosari, Kabupaten Malang. Konon, itu merupakan wasiat dari Eyang Njoego kepada pengikutnya.
"Eyang Njoego meninggal pada Senin Pahing tanggal 22 Januari 1871 di padepokannya. Jenazahnya kemudian dibawa dan dimakamkan di Desa Wonosari pada Rabu Wage 24 Januari 1871," terang juru bicara Yayasan Ngesti Gondo pengelola pesarean Gunung Kawi, Alie Zainal Abidin kepada detikJatim, Kamis (26/10/2023).
Pemakaman jenazah Eyang Njoego digelar secara Islam yang dipimpin oleh Raden Mas Iman Soedjono, pada Kamis Kliwon, 25 Januari 1871. Lalu, tahlil akbar digelar pada malam harinya.
Hal ini kemudian menjadi gelaran rutin di pesarean Gunung Kawi untuk menggelar upacara di malam Jumat Legi, selain Senin Pahing menandai hari wafatnya Eyang Njoego.
Selang lima tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1876, Raden Mas Iman Soedjono wafat dan kemudian dimakamkan di sebelah makam Eyang Njoego.
Alie Zainal Abidin mengatakan, Eyang Raden Mas Iman Soedjono merupakan cicit dari Sultan Hamengku Buwono I. Raden Mas Iman Soedjono menikah dengan anggota Laskar Langen Koesoemo yakni Raden Ayi Saminah.
Pasangan ini dikaruniai satu putri bernama Raden Ayu Demes. Keturunan dari Raden Ayu Demes ini lah yang sampai hari ini menjaga pesarean Gunung Kawi. Yakni sebagai juru kunci dan anggota dari Yayasan Ngesti Gondo sebagai pengelola pesarean Gunung Kawi.
"Hingga saat ini, pesarean Gunung Kawi dijaga dan dikelola oleh keturunan dari Eyang Raden Mas Iman Soedjono. Jika ditelusuri hingga akar silsilahnya, ahli waris dan juru kunci masih mempunyai ikatan darah dengan kerabat Keraton Ngayogyakarta," terang Alie Zainal.
Menurut Alie, sebagai tempat ziarah serta wisata budaya dan sejarah. Pesarean Gunung Kawi selalu berusaha untuk memberikan fasilitas memadai untuk mengakomodasi kebutuhan ziarah pengunjung pesarean.
Selain pendopo dan masjid, lanjut Alie, terdapat juga tempat berdoa Kwan Im dan Tie Kong.
"Pengunjung juga dapat menikmati makanan khas Gunung Kawi, belanja souvenir serta tempat penginapan di dalam dan seputar area pesarean," ujarnya.
Setiap tahunnya, pesarean Gunung Kawi memperingati haul Eyang Njoego dan haul Eyang Raden Mas Iman Soedjono, dengan adat kejawen yang diikuti seluruh anggota yayasan serta masyarakat sekitar.
(hil/iwd)