Alasan Pengelola Gunung Kawi Keberatan dengan Riset 5 Mahasiswa UB

Alasan Pengelola Gunung Kawi Keberatan dengan Riset 5 Mahasiswa UB

Muhammad Aminudin - detikJatim
Rabu, 18 Okt 2023 22:30 WIB
Dua lokasi yang kerap dikaitkan dengan pesugihan di Gunung Kawi
Pesarean Gunung Kawi. (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang - Yayasan Ngesti Gondo pengelola pesarean Gunung Kawi, Malang menerbitkan surat keberatan atas hasil penelitian 5 mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) terkait kejiwaan pelaku pesugihan serta tumbal sebagai syarat ritual. Yayasan pun bersyukur surat terbuka itu mendapat respons positif dari UB.

Jubir Yayasan Ngesti Gondo Alie Zainal Abidin menyatakan bahwa informasi soal penelitian 5 mahasiswa UB itu diketahui yayasan dari unggahan akun Instagram milik Artha Kawi.

Akun itu merupakan akun milik kelompok 5 mahasiswa yang tengah melakukan penelitian mental disorder dari pelaku ritual.

"Terus terang mereka (yayasan), tadinya yang responnya biasa tapi begitu masif pemberitaan kaget. Dan ada penggunaan diksi-diksi yang mereka merasa terganggu. Seperti tumbal, pesugihan, gangguan jiwa. Nah itu yang kemudian dipertanyakan," ujar Alie kepada detikJatim, Rabu (18/10/2023).

Alie bersyukur UB merespons keluhan yayasan dengan pertemuan yang melibatkan bagian hukum UB untuk menyampaikan secara langsung substansi dari surat klarifikasi tersebut.

"Tapi waktu itu, karena bingung komunikasinya lewat mana ya kirim surat itu. Kebetulan ke Bapak Rektor, harapannya Pak Rektor bisa menyikapi itu.Tapi, Alhamdulillah, Brawijaya menunjukkan kelasnya. Tidak arogan, peduli dengan orang-orang kecil. Surat itu direspons, saya kemudian bertemu dengan Kadiv Hukum UB untuk menyampaikan materi dan substansi dari isi surat itu," ucapnya.

"Alhamdulilah dengan bertemu, setidaknya memiliki persepsi awal yang sama, bahwa kejadian ini harus selesai dengan baik-baik. Karena tidak ada yang berniat buruk, baik itu dari pesarean maupun dari Universitas Brawijaya. Kami sangat apresiasi UB yang cepat tanggap, merespon sangat baik, menunjukkan kepedulian," sambungnya.

Alie menegaskan bahwa pesarean Gunung Kawi tengah gencar membangun image bahwa pesarean Gunung Kawi ini merupakan wisata religi dan wisata budaya.

Upaya itu juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Malang, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan untuk mendongkrak kembali kunjungan wisatawan ke Gunung Kawi yang turun drastis sejak Pandemi COVID-19 dan belum kunjung pulih.

"Nah di tengah gencar-gencarnya usaha pihak pesarean membangun image yang demikian, ada pemberitaan seperti itu yang dianggap pihak pesarean kontra produktif. Sehingga ini salah satu jalan, klarifikasi, bertabayyun. Harapannya, pada 24 Nopember nanti, Universitas Brawijaya datang bertamu ke pesarean, untuk bertamu sekaligus bertabayyun," tegasnya.

Menurut Alie, usaha untuk membangun ulang image Gunung Kawi sebagai obyek wisata religi dan budaya merupakan wujud kesungguhan dari pengelola untuk menciptakan destinasi wisata yang ramah dan nyaman bagi semua kalangan.

"Apakah itu anak-anak sampai orang tua, apapun latar belakang dan agamanya, etnisnya. Karena di Gunung Kawi (pesarean) ini merepresentasikan akulturasi budaya yang luar biasa. Dan Gunung Kawi ini (pesarean) merupakan wisata religi dan budaya ramah bagi siapa pun," tuturnya.

Alie menambahkan Yayasan Ngesti Gondo selaku pengelola pesarean Gunung Kawi sampai hari ini tidak pernah memfasilitasi dan memberikan arahan bagi orang atau kelompok untuk menjalankan ritual dengan syarat tumbal atau istilah yang cukup mengerikan itu dari rumor yang beredar.

"Jika ada praktik pesugihan ataupun tumbal itu kalau memang ada yang menemukan, silakan bawa orangnya, silakan bawa orangnya yang mana. Karena pihak pesarean tidak pernah memfasilitasi atau memberikan arahan bagi kelompok atau orang tertentu menjalankan ritual-ritual tertentu, karena concern-nya hanya wisata religi dan budaya," imbuhnya.

Pesarean Gunung Kawi, lanjut Alie, menjadi penopang bagi perekonomian masyarakat. Dengan banyak berdiri pertokoan, warung, sampai dengan penginapan dan bahkan warga juga terlibat langsung untuk menjadi pemandu.

"Pesarean ini bisa dibilang kasarnya sebagai sandang pangannya orang-orang Gunung Kawi. Banyak sekali, tidak semuanya menggantungkan kehidupannya ke pesarean Gunung Kawi, tapi banyak berjejer toko, penginapan, warung, belum pemandu wisatanya. Artinya memang pesarean milik banyak orang," pungkasnya.


(dpe/iwd)


Hide Ads