Bojonegoro adalah salah wilayah yang dilintasi sungai terpanjang di Pulau Jawa, Bengawan Solo. Kabupaten Bojonegoro juga dikenal dengan tekstur tanah kapur. Siapa yang menyangka tanah kapur dan tanah sungai Bengawan Solo itu bisa menjadi kerajinan gerabah dengan nilai jual cukup tinggi.
Sentra Wisata Edukasi Gerabah (WEG) yang terletak di Desa Rendeng, Kecamatan Malo menjadi salah satu wadah pemberdayaan masyarakat dalam hal pembuatan gerabah yang berdiri sejak 2015 dan dikelola oleh kelompok perajin.
Keunikan gerabah hasil perajin Desa Rendeng adalah bahan dasarnya yang bukan berasal dari tanah alfisol yang identik berwarna kemerahan. Untuk gerabah celengan, cobek, dan kendi yang diproduksi di Desa Rendeng menggunakan bahan dasar tanah pegunungan kapur dan tanah Bengawan Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Industri Gerabah di wilayah Desa Rendeng Kecamatan Malo ini adalah warisan nenek moyang yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Gerabah di sana mulanya hanya diproduksi dengan bentuk atau model boneka pengantin dengan ukuran kecil.
Seiring berkembangnya zaman, gerabah mulai diproduksi dengan bentuk hewan dan ukurannya pun lebih besar. Mulai 2015, industri gerabah itu berinovasi memproduksi gerabah celengan berbentuk karakter kartun atau animasi. Dari sinilah para perajin akhirnya terinspirasi untuk membangun wisata edukasi.
"Anak-anak daya minatnya sangat tinggi dan penasaran bagaimana cara membuatnya. Dari situlah, tepatnya tahun 2015 kami merintis celengan model kartun dan mulai berinovasi menjadi sebuah wisata edukasi, mulai satu orang, dua orang, satu keluarga datang ke sini, sampai satu lembaga pendidikan." ujar Abdul Ghofur Ketua Kelompok Perajin Gerabah Desa Rendeng, Sabtu (30/9/2023).
Ghofur menjelaskan bahwa pendirian wisata edukasi itu bukan sesuatu yang semudah membalik telapak tangan. Dana untuk membangun sentra wisata edukasi itu berasal dari swadaya para perajin.
Sebelum tersedia galeri, para perajin saling mengisi peralatan seperti meja dan terpal untuk kebutuhan pemberian materi edukasi kepada pengunjung. Hingga para perajin memberikan alat dan bahan untuk memproduksi gerabah di rumah masing-masing, dan mengumpulkan hasil kerajinan di galeri.
![]() |
"Memang awalnya ini kan swadaya, tidak ada tempat. Saat ada tamu awalnya cukup menggunakan terpal bongkar pasang, dari gotong royong perajin membuat tenda sementara pakai terpal bongkar pasang. Karena dari awalnya memang tidak ada modal," katanya.
Sedikit demi sedikit para perajin gerabah ini mulai menyisihkan hasil penjualan untuk biaya operasional galeri wisata edukasi. Mereka bersyukur lambat laun fasilitas tempat yang cukup layak bisa dibangun.
Wisata edukasi gerabah itu pun membawa misi menjaga kelestarian warisan nenek moyang agar tidak punah. Tujuan utamanya agar ada penerus perajin gerabah dari generasi muda.
"Yang sulit dan kelemahan kami adalah ketika anak muda itu sudah punya latar belakang pendidikan tinggi, dia itu agak gengsi untuk pegang tanah liat, jadi untuk jadi pelaku atau jadi perajin utama mereka nggak mau karena di sini kerjanya harus berani belepotan dengan tanah liat," tutur Ghofur.
Misi selanjutnya yang dibawa oleh Wisata Edukasi Gerabah adalah memberi edukasi dan mengenalkan kepada anak bahwa Indonesia memiliki sejumlah alat dapur tradisional yang unik yang terbuat dari tanah dan masih berguna hingga saat ini meski sudah banyak alat yang lebih modern.
![]() |
Ghofur menjelaskan bahwa hampir semua lembaga di Bojonegoro sudah pernah berkunjung ke Wisata Edukasi Gerabah di Desa Rendeng. Bahkan ada dari beberapa lembaga sekolah yang hampir setiap tahun membawa siswanya belajar di wisata edukasi ini.
Tak hanya dari wilayah Kabupaten Bojonegoro, para pengunjung juga datang dari luar kota seperti Rembang, Tuban, Blora, Ngawi, dan Lamongan. Mereka dominan dari instansi PAUD, TK, dan SD. Sedangkan SMP dan SMA se-derajat biasanya datang hanya di momen tertentu.
Usaha untuk mengembangkan wisata edukasi ini dilakukan dengan memperhatikan sasaran yang akan dituju. Jika sasarannya adalah perorangan atau masyarakat individu, mereka akan memanfaatkan media sosial. Tetapi bila sasarannya lembaga atau instansi sekolah, mereka akan melakukan sosialisasi.
(dpe/dte)