Transformasi Kampung Dokdak Jadi Wisata Edukasi di Ciamis

Transformasi Kampung Dokdak Jadi Wisata Edukasi di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Sabtu, 14 Sep 2024 06:30 WIB
Kampung Dokdak Ciamis
Kampung Dokdak Ciamis (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar)
Ciamis -

Bunyi 'dok dak dok dak' sangat khas terdengar telinga ketika mengunjungi Kampung Dokdak, Desa Baregbeg Ciamis. Sejumlah saung produksi perkakas dari besi nampak berjejer di kampung tersebut.

Kampung Dokdak adalah julukan sentra pembuatan perkakas pertanian tradisional di Kabupaten Ciamis. Tepatnya di Dusun Ciwahangan, Desa Baregbeg, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Lambat laun, kampung yang mayoritas warganya sebagai pandai besi ini menjadi sebuah destinasi wisata edukasi di Kabupaten Ciamis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penataan pun mulai dilakukan, seperti pembuatan gapura hingga pemberdayaan masyarakat Kampung Dokdak. Potensi Kampung Dokdak menjadi destinasi wisata edukasi mendapat dukungan berbagai pihak, dari mulai pemerintah desa, kecamatan, Dinas Pariwisata hingga akademisi.

Bahkan kini mulai pandai besi di Kampung Dokdak mulai dilakukan moderenisasi. Melalui dukungan akademisi Universitas Galuh Ciamis lewat Program Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Desa Karya Pandai Besi melalui pembentukan wisata edukasi.

ADVERTISEMENT

Program tersebut didanai langsung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI. Kelompok pandai besi di Kampung Dokdak mendapatkan bantuan berbagai peralatan yang modern.

Kampung Dokdak CiamisKampung Dokdak Ciamis Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

Peralatan modern itu bertujuan untuk meningkatkan produksi perkakas dan memudahkan para pandai. Selama ini, para pandai besi di Baregbeg Ciamis tersebut memproduksi perkakas secara manual atau tradisional.

Ada pun bantuan peralatan yang diterima seperti grinder belt, blower, gerinda tangan, mesin scroll saw dan lainnya sesuai kebutuhan masing-masing pandai.

Asep Saepul Malik, perwakilan pengrajin atau pandai besi, mengaku senang adanya bantuan tersebut. Hal ini mendorong dan memberikan semangat bagi pandai besi untuk terus mempertahankan produksi. Sekaligus memberikan semangat untuk para generasi penerus.

"Kampung Dokdak ini sudah ada sejak lama dan turun temurun. Sehingga perlu ada penyemangat bagi generasi penerus. Dengan bantuan ini, menjadi pengrajin perkakas atau pandai tidak harus kerja berat. Berbeda dengan dulu," ungkap Asep saat ditemui di Kampung Dokdak, Jumat (13/9/2024).

Kampung Dokdak Tetap Pertahankan Kualitas dan Ciri Khas

Asep menyebut, meski ada bantuan alat-alat modern, para pengrajin bertekad untuk tetap mempertahankan kualitas. Bahan baku yang digunakan diusahakan dari besi per kendaraan.

"Ciri khas produk perkakas kampung dokdak ini dari sipuhan dan finishing. Bentuknya pun berbeda. Itu yang kami pertahankan. Untuk bantuan alat modern ini membantu dalam meningkatkan produksi. Bisa sampai dua kali lipat" jelasnya.

Asep menjelaskan, produk perkakas yang paling banyak dipesan dari Kampung Dokdak adalah pisau dan parang. Pemasaran perkakas tersebut ke wilayah sendiri, Tasikmalaya, Banjar, Pangandaran, Bandung dan beberapa daerah di Jawa Tengah.

"Sehari, pengrajin mampu memproduksi minimal 20-30 buah. Mungkin nanti bisa lebih banyak lagi. Selain pisau dan parang juga memproduksi golok, pancong, cangkul dan kapak. Produksi sesuai pesanan, Alhamdulillah setiap Minggu barang bisa keluar," ucapnya.

Menurut Asep, menjadi pengrajin atau buruh pandai cukup menjanjikan. Sehari dari pagi sampai siang, seorang bisa mendapat penghasilan Rp 100 ribu. Apabila dikalikan 30 hari, maka penghasilannya bisa lebih besar dari UMK Ciamis.

"Penghasilan itu bersih, karena rokok dan makan itu sudah dikasih. Sekarang di Kampung Dokdak ada sekitar 30 kelompok pengrajin perkakas," ucapnya.

Pembentukan Kampung Dokdak Jadi Destinasi Wisata Edukasi

Akademisi Universitas Galuh Ciamis yang juga Ketua PKM Desa Karya Pandai Besi Aan Suryana menjelaskan, program tersebut didanai dari Kemendikbud Ristek. Program ini sudah berjalan 3 tahun. Sasaran program ini kelompok perajin pandai besi.

"Peralatan sesuai kebutuhan mitra. Awalnya peralatan konvensional menjadi lebih modern," ucapnya.

Seperti mesin belt grinder dapat meningkatkan harga produk karena memiliki kualitas yang lebih bagus. Kemudian ada mesin tempat yang dapat meningkatkan kuantitas produk, yang awalnya hanya 2 kodi bisa jadi 3 kodi sehari.

"Ini kan pengembangannya ke wisata edukasi. Diberikan juga mesin scroll saw yang dapat memproduksi merchandise sebagai oleh-oleh dari Kampung Dokdak ini. Total yang mendapat bantuan ada 26 kelompok," ucapnya.

Aan berharap, para pandai di Kampung Dokdak ini dapat mempertahankan pekerjaannya supaya mendapatkan hasil maksimal di tengah perkembangan teknologi maju. Masyarakat Kampung Dokdak juga telah diberikan ilmu pemasaran melalui online atau e-commerce. Sehingga dapat bertahan di tengah gempuran produk pabrikan.

Kadis Pariwisata Ciamis Budi Kurnia menyebut Kampung Dokdak ini sudah menjadi sebuah destinasi wisata edukasi. Pihaknya pun segera melakukan simulasi kunjungan menggunakan bus wisata Gatrik.

"Jadi nantinya, pengunjung terutama anak-anak akan melihat bagaimana proses pembuatan perkakas. Kita buat paket kunjungan wisata ke Kampung Dokdak ini," katanya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads