Jejak Soekarno selalu menarik untuk ditelisik. Seorang pemilik hotel di Blitar bahkan mendedikasikan kenangan bersama Presiden pertama RI itu di sebuah kamar bernama "Sang Fajar Suite'.
Kamar itu berada di dalam Hotel Tugu Sri Lestari, Jalan Merdeka no. 173, Kota Blitar. Lokasinya tepat di tengah kota, sehingga akses menuju ke sana sangat mudah dijangkau. Bangunan megah zaman kolonial Belanda itu dibangun sekitar tahun 1850 oleh keluarga ningrat yang terpandang pada masanya.
Awal berdiri, hotel itu bernama Hotel Metro. Beberapa tahun kemudian, berubah menjadi Hotel Tugu Sri Lestari di bawah kepemilikan Anhar Setjadibrata. Hotel ini menyimpan banyak kenangan bersejarah, di antaranya menjadi tempat singgah Bung Karno ketika berkunjung ke Blitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam hotel ini terdapat kamar khusus yang didesain sebagai penghormatan kepada Bung Karno. Kamarnya cukup luas dengan warna cat teduh dikombinasikan lampu penerangan elegan. Namanya Sang Fajar Suite.
Memasuki Sang Fajar Suite, kesan privat langsung terasa. Beberapa almari kaca berisi buku-buku tentang Soekarno, catatan kecil Anhar tentang sosok Sang Proklamator, dan bagaimana keluarganya mendapat kenangan istimewa bersama Bapak Pendiri Bangsa ini selama di Blitar. Barang-barang tersebut merupakan pemberian Bung Karno kepada 'teman istimewanya' ketika masih menjadi seorang pelajar di Bandung.
Kamar ini memiliki ruang tamu yang luas dan nyaman dengan pajangan memorabilia dan furnitur kelas ekseklusif pada zamannya. Terdapat lukisan besar 4 bidang yang merupakan lukisan asli hitam putih ketika petani dari Priangan Jawa Barat mempersembahkan hasil kebunnya kepada Bung Karno yang waktu itu sedang berulang tahun.
Barang-barang di kamar ini sebagian asli. Seperti lukisan besar karya Dezentje teman Bung Karno. Sebuah tempat tidur besar dari kayu jati solid yang direnovasi untuk kenyamanan para tamu. Beberapa almari kayu dan foto lawas Kota Blitar di era abad 19 sampai awal abad 20.
![]() |
Di dalam almari, tersimpan tanda tangan asli dari Bung Karno, sketsa lukisan asli karya Lee Man Fong, seorang pelukis istana yang ditugasi menyusun buku koleksi lukisan Bung Karno. Kemudian menduplikat lukisan aslinya sendiri atas kemauan Bung Karno.
Koleksi seni yang terdapat di dalam almari di kamar ini adalah barang-barang pemberian Bung Karno kepada sahabatnya yang pada waktu itu mendampingi Bung Karno saat ke Blitar. Termasuk perangkat gamelan Sunda Priangan di mana sebagian dari gamelan pasangannya tersimpan di "Anhar Museum" di Jl. Ijen 11, Malang.
Selain itu ada foto asli dari Megawati Soekarnoputri dan putranya, Muhammad Prananda Prabowo bersama Anhar Setjadibrata sedang berziarah secara khusus di Pusara Bung Karno. Acara ziarah yang sangat eksklusif karena hanya ada 3 orang di pusara tersebut dan sebagian dari bunga taburnya tersimpan bersama foto ini.
"Kamar ini menjadi jujukan tamu-tamu penting yang berkunjung ke Blitar. Seperti Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono sewaktu menjabat menjadi presiden Republik Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri dan juga hampir seluruh putra putri Bung Karno termasuk Ibu Dewi Soekarno dan Ibu Kartika Sari Dewi," kata Operations Manager Tugu Lestari Hotel Blitar, Suhartini kepada detikJatim, Jumat (18/7/2023).
Anhar Setjadibrata dalam catatannya 20 Juni 2001 menuliskan.
"Pada tahun 1950-an. Lee Man Fong ditunjuk oleh Bung Karno untuk menyusun buku kumpulan koleksi seni milik Bung Karno."
Di dalam Buku Koleksi Lukisan Bung Karno jilid 1, Lukisan nomor 55, Lee memasukkan salah 1 karyanya yang berjudul 'Gadis Bali membawa bakul' (a Balinese woman carrying a basket). Uniknya, untuk karya ini Lee melukis kembarannya tapi dengan gaya rambut yang amat berbeda.
Lukisan yang penuh warna warni dipilih oleh Bung Karno, sedang kembarannya yang tidak berwarna dan hanya dilukis di atas kertas tipis diberikannya kepada seorang sahabatnya yang lain.
Lukisan untuk Bung Karno tidak dibubuhi tanda tangan huruf latin, sedang kembarannya dibubuhi tanda tangan huruf latin dan tahun latin 1942. Lukisan ini juga merupakan salah satu dari ribuan memori untuk mengenang Bung Karno sebagai seorang seniman terbesar yang pernah dimiliki negeri ini.
(hil/dte)