"Jadi sangat menyenangkan jika melihat secara langsung. Namun mengingat kondisi cuaca sangat dingin, pengunjung diminta mengenakan pakaian senyaman mungkin dan menghangatkan, kalau perlu sarung tangan dan penutup kepala sampai telinga," kata Kabag TU TNBTS, Septi Eka Wardani, Kamis (1/6/2023).
Septi juga mengimbau khusus untuk yang memiliki alergi dingin atau penyakitan yang bisa dipicu udara dingin dan berhati-hati terlebih jika melihat fenomena frozen hingga suhu udara mencapai 4 derajat. Sebab, harus menyesuaikan anjuran dokter.
"Tetap menjaga kebersihan, jangan membuang sampah sembarangan. Jika perlu membawa minuman hangat sendiri pada tumbler atau pun termos dibandingkan minuman kemasan itu jauh lebih baik," ungkap Septi.
Sementara dampak fenomena frozen, menurut Septi, bisa menyebabkan tanaman yang tidak tahan terhadap dingin yang ekstrem mati di bagian pucuk-pucuknya. Tapi karena lapisan es juga tidak terlalu tebal, maka jika terkena sinar matahari akan segera mencair.
"Untuk es atau embun salju pada fenomena ini tidak terlalu tebal, bukan seperti tumpukan salju, yang nantinya akan mencair pada saat matahari mulai terbit. Jadi tidak terlalu berpengaruh pada pohon-pohon," ungkapnya.
Dia membenarkan fenomena frozen bisa menyebabkan tanaman pertanian warga sekitar Gunung Bromo mati. Namun di kawasan Kaldera Bromo, tidak ada tanaman milik petani. Sehingga hingga kini tidak ada laporan tanaman rusak atau mati dampak fenomena frozen.
"Di beberapa tempat, memang embun beku ini menyebabkan kerusakan tanaman pertanian. Tapi kalai di lautan pasir (Bromo) tidak ada kerusakan. Sebab, tidak ada tanaman pertanian di sana," pungkasnya.
(hil/fat)