Rowo Bayu Banyuwangi disebut-sebut sebagai lokasi KKN Desa Penari. Terlepas dari itu, Wisata Rowo Bayu terkenal dengan keasrian dan ketenangannya.
Saat Rowo Bayu viral dikaitkan dengan KKN Desa Penari, pengelola destinasi wisata santai saja. Mereka mengaku tak terganggu dengan isu tersebut. Seperti yang disampaikan Manajer Pengembangan Bisnis Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Suyitno.
"Kami tidak merasa terganggu. Justru ini menjadi hal yang positif bagi kami," ujarnya kepada detikJatim, Kamis (19/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, kata Suyitno, pihaknya telah melakukan penambahan fasilitas bagi wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata Rowo Bayu. Penambahan fasilitas itu yakni shelter baru untuk wisatawan. Destinasi wisata itu luasnya sekitar 3 hektare.
Tak hanya itu, ada pula aula yang bisa digunakan wisatawan untuk berkumpul. "Ada penambahan shelter dan aula. Kami siap untuk didatangi wisatawan," terangnya.
Selain sendang, petilasan dan pura, di sekitar destinasi wisata Rowo Bayu juga dipenuhi pohon-pohon besar. Wilayah di sekitar KPH Perhutani Banyuwangi Barat itu dipenuhi dengan pohon pinus dan jati.
Di sini, pengunjung bisa merasakan ketenangan dari keasrian alam Banyuwangi. "Selain itu ada pula kayu manting dan mahoni. Rowo Bayu dikenal dengan keasrian dan ketenangan," tambahnya.
Sebelumnya, Rowo Bayu Banyuwangi kembali menjadi perbincangan setelah film KKN di Desa Penari tayang. Rowo Bayu disebut-sebut sebagai lokasi KKN tersebut.
Dugaan itu semakin kencang berembus, salah satunya setelah Menteri BUMN Erick Thohir mewawancara Sudirman, yang disebut-sebut sebagai pengelola Wisata Rowo Bayu.
Kepada Erick, Sudirman menceritakan bahwa tragedi KKN Desa Penari terjadi di sekitar Rowo Bayu. Dalam wawancara itu, ia juga menunjukkan sejumlah foto soal titik-titik yang ada di kegiatan KKN itu.
"Itu cerita yang sesungguhnya dari versi Kepala Desa Bayu. KKN-nya tahun berapa, tanggal berapa, semuanya tercatat," kata Sudirman dalam video yang dilihat detikJatim, Rabu (18/5/2022).
(hil/sun)