Gili Iyang banyak dikunjungi sebagai destinasi wisata kesehatan. Sebab, oksigen di pulau ini disebut-sebut sebagai yang terbaik kedua di dunia.
Selain wisata kesehatan, Gili Iyang juga memiliki wisata eksotis lainnya. Yakni Batu Canggah atau Beto Cangghe, Gua Maha Karya, Monumen Oksigen dan Pantai Ropet.
Sementara dari segi budaya, Gili Iyang punya suguhan Mancak Sarama'an. Seni pencak silat khas Gili Iyang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pokdarwis mengajak pemuda untuk berkarya, menyiapkan Gili Iyang yang lebih go. Makanya ada budaya Mancak Sarama'an setiap malam Sabtu. Pengunjung bisa melihat tradisi yang sudah lama kita tinggalkan, alhamdulillah 2 tahun ini sudah bisa dikembangkan kembali," kata Ahyak Ulumuddin, tour guide sekaligus Ketua Pokdarwis Gili Iyang saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (4/4/2022).
Untuk wisata kesehatan, Pokdarwis juga sudah menyiapkan skemanya. Misalnya pada malam hari, wisatawan justru diajak ke luar ruangan untuk menikmati segarnya oksigen Gili Iyang.
"Terapi kesehatan. Bermalam, malam hari kita di luar ruangan. Di sini tidak bikin masuk angin. Setelah subuh kita jalan-jalan. Menurut pakar terapi, laut Gili Iyang mengandung kadar garam yang tinggi untuk pengobatan kulit. Jadi setelah subuh langsung ke air laut. Mandi," paparnya.
"Yang punya penyakit asma minimal 3 malam sudah membaik. Kami Pokdarwis tengah berusaha agar ada tempat khusus untuk terapi oksigen dengan sarana penunjang," imbuh pria yang akrab disapa Ki Ageng Ropet.
Untuk sementara baru ada 2 home stay di Gili Iyang. Masing-masing memiliki 5 kamar. Setiap kamar bisa diisi empat orang.
"Harganya per malam bervariasi. Ada yang Rp 100 ribu, ada yang Rp 200 ribu," terangnya.
![]() |
Pokdarwis Gili Iyang mengaku tengah semangat untuk memajukan sektor pariwisata. Namun masih ada sejumlah kendala yang harus dihadapi dan membutuhkan solusi.
"Kendalanya transportasi laut. Misalnya ketika cuaca buruk. Harapannya dermaga yang sudah disiapkan segera diselesaikan. Ada transportasi yang aman dan nyaman untuk wisatawan. Khusus wisatawan," ujarnya.
Dulu, pelayaran perahu dari Dungkek cuma sekali. Sekarang dua kali. Dampak wisata sudah dirasakan oleh masyarakat. Motor roda tiga yang dulu untuk mengangkut barang saja, sekarang bisa digunakan untuk wisatawan.
"Sebelum pandemi, pengunjung 100 lebih per hari. Selama pandemi paling puluhan per hari. Tidak bermalam. Rata-rata di atas umur 50 tahun. Mancanegara juga ada. Seperti dari Jepang," tambahnya.
Pada Selasa (15/3), detikJatim ikut dalam rombongan Jelajah Nusa untuk singgah di Gili Iyang. Pulau itu masuk Kecamatan Dungkek, Sumenep. Pulau itu terdiri dari dua desa yakni Bancamara dan Banraas.
![]() |
Luas Gili Iyang sekitar 9,15 km2. Penduduk dari dua desa tersebut sekitar 7 ribu jiwa. Yang paling identik dengan Gili Iyang saat ini yakni soal oksigen. Oksigen di pulau ini disebut-sebut sebagai yang terbaik kedua di dunia.
Lalu ada Beto Cangghe, batu yang menyerupai pilar, yang menopang salah satu tebing di Gili Iyang. Kemudian ada Pantai Ropet yang disebut-sebut mirip Tanah Lot, Bali.
(sun/fat)