Gili Iyang disebut sebagai tempat dengan oksigen terbaik kedua di dunia, setelah Laut Mati, Jordania. Kok bisa?
Pada 2005, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan penelitian. Seperti yang disampaikan Ahyak Ulumuddin, tour guide sekaligus Ketua Pokdarwis Gili Iyang.
Ada 17 tempat dalam penelitian selama 7 bulan itu. Hasilnya, kadar oksigen di Gili Iyang di atas rata-rata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca juga: Gili Iyang Menyehatkan, Ayang Belum Tentu |
Rata-rata, kadar oksigen hanya 18-19 persen. Sementara di Gili Iyang, kadar oksigennya 20,9 persen pada siang hari dan 21 persen lebih pada malam hari.
"Kami juga sempat berapa kali ikut penelitian dari mahasiswa. Ternyata kalau kita buka dari ilmu pengetahuan, oksigen itu bersumber dari tumbuhan. Oke lah kalau hari ini kita melihat semuanya masih hijau, tapi ketika musim kemarau, ini sungguh gersang. Meski begitu oksigennya tetap 20,9 persen," kata pria yang akrab disapa Ki Ageng Ropet kepada wartawan dalam acara Jelajah Nusa, Selasa (15/3/2022).
Ia menambahkan, ada penelitian ulang dari ITS pada tahun lalu. Hasilnya, kadar oksigen tetap sama.
![]() |
"Ternyata masih. Penyebabnya, ada sirkulasi atau perputaran udara di atas Gili Iyang. Sehingga udaranya segar. Kalau malam hari, ada filterisasi udara di Gili Iyang, karena bumi GIli Iyang berongga. Terbukti ada 19 gua yang terhubung," imbuhnya.
Sehingga makin banyak yang datang ke Gili Iyang untuk wisata kesehatan. Terutama mereka yang menderita penyakit pernapasan seperti asma.
Selain wisata kesehatan, Gili Iyang juga memiliki dua wisata eksotis lainnya. Yakni Batu Canggah atau Beto Cangghe, dan Pantai Ropet.
(sun/fat)