Polemik keaslian blue fire Kawah Ijen bergulir akhir-akhir ini. Hal itu muncul setelah Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur mempertanyakan kealamian blue fire yang menjadi daya tarik wisata.
Polemik itu ditanggapi pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo. Dia menjelaskan dari berbagai sisi.
Menurut Amin, munculnya blue fire (api biru) memang sempat membingungkan para ahli. Bermula dari fotografer Olivier Grunewald dalam majalah National Geographic tanggal 30 Januari 2014. Oliver menulis bahwa blue fire berasal dari pembakaran gas sulfur yang menyembur dengan tekanan tinggi dan suhu mencapai 600Β°C.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gas itu akan terbakar saat terpapar udara luar dan pembakaran ini yang menghasilkan api berwarna biru. Munculnya efek aliran berwarna biru menunjukkan sisa gas sulfur yang terkondensasi," kata Amien saat berbincang dengan detikJatim, Rabu (2/3/2022).
Sementara 3 peneliti dari Politkenik Energi dan Mineral Kementerian ESDM tahun 2014 melakukan kajian tentang blue fire. Dengan judul artikel Geotourism Of Banyuputih Catchment Area, Mount Ijen, East Java, Indonesia.
"Hasilnya disebutkan bahwa semburan solfatara yang banyak gas sulfur akan berwarna biru dan dikenal dengan api biru yang berasal dari terbakarnya sulfur padat yang menghasilkan gas SO2. Sulfur padat (S8) bereaksi dengan udara (O2) akan menghasilkan gas SO2 dan muncul cahaya biru." papar Amien.
Amien mengatakan sejumlah penemuan itu bisa diambil sebuah kesimpulan. Bahwa blue fire bisa dibuktikan secara ilmiah.
Sebelumnya, BBKSDA Jatim akan membentuk tim untuk meneliti fenomena api biru atau blue fire yang terjadi di dasar Kawah Ijen. Penelitian ini diperlukan untuk memastikan apakah fenomena tersebut muncul secara alami atau justru merupakan fenomena buatan manusia.
Pelaksana harian (Plh) Kepala BBKSDA Jatim Wiwied Widodo mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemkab Banyuwangi, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) agar dilakukan kajian mendalam terkait fenomena blue flame tersebut.
"Kemarin juga nyampaikan, ada ahli geo vulkanik. Itulah yang kita minta untuk melakukan telaah, kajian. Itu jelas bisa dipertanggungjawabkan. Sebetulnya blue fire itu alami bukan?," ujar Wiwied kepada detikJatim, Rabu (23/2/2022).
Sebab selama ini, kata Wiwied, wisatawan tidak serta merta bisa menyaksikan fenomena blue fire tersebut.
(hse/fat)