Tim Geopark Ijen menjabarkan kealamian blue flame yang ada di TWA Kawah Ijen. Api biru satu-satunya di dunia ini tercipta dari gesekan gas sulfur dari perut bumi dengan oksigen yang ada dipermukaan. Begini penjelasannya!
Ketua Geopark Ijen Banyuwangi, Abdillah Baraas mengatakan, munculnya blue flame berasal dari munculnya gas sulfur dari perut bumi di sekitar kawah. Gas sulfur itu muncul di permukaan dengan suhu tinggi antara 200 hingga 300 derajat celcius. Kemudian kontak dengan oksigen memunculkan api berwarna biru.
"Prosesnya gas sulfur dengan suhu yang tinggi di atas suhu 200-300 derajat itu kontak dengan oksigen. Ketika kontak dengan oksigen menghasilkan api yg berwarna biru, tapi ketika kadar CO2 tinggi pada saat aktivitas vulkanik lagi naik di kawah Ijen kita bisa melihat api biru agak mengecil," ujarnya kepada detikJatim, Jumat (25/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi gas itu alami bukan dibuat oleh manusia. Siapa yang bisa menginjeksikan gas dari bawah kemudian ke atas. Artinya itu ada di bawah sana kemudian ada celah yang menjadi tempat dia keluar kemudian kontak dengan udara dan itu menghasilkan api biru. Jadi kalau kita melihat dikorek atau dibakarkan kalau memang belerang dibakar ya memang berwarna biru tapi ketika berbicara yang ada di pipa belakang penambangan itu adalah suatu hal yang alami," tambahnya.
Di Kawah Ijen terdapat 8 hingga 10 pipa saluran gas sulfur. Dari pipa ini, penambang belerang memproduksi belerang. Namun ada satu pipa yang dibiarkan sebagai atraksi wisata. Beberapa peneliti luar negeri mengatakan api itu muncul dengan sendirinya. Jika pun mati, itu dikarenakan pipa tersumbat longsoran tanah di sekitar kawah Ijen. Ataupun para penambang belerang sengaja mematikan api saat melakukan produksi. Namun jika kembali sumbatan itu dibersihkan, api biru akan muncul kembali karena adanya gesekan gas sulfur tekanan tinggi bertemu dengan oksigen.
"Intinya gas alam tidak perlu dibakar atau dikorek. Sebenarnya penambang yang dikonfirmasi apakah sengaja mematikan api atau pun sengaja dibuat kecil karena mereka melakukan produksi. Soalnya dalam satu komplek ada sulfur dan api biru. Karena penambang start mulai awal bisa magrib hingga dinihari produksi. Api muncul mereka siram karena mengganggu kegiatan penambangan produksi. Jika pun dibersihkan lagi api itu akan muncul lagi. Tidak perlu dikorek atau dibakar," tegasnya.
Api biru muncul saat menjelang sunset hingga kemudian tak kelihatan pada saat sunrise. Bisa jadi dikarenakan cahaya yang muncul lebih terang karena sinaran matahari.
"Itu alami dan keluar sendiri dan memang banyak orang sangsi karena memang mungkin pas pada kesana pas butuh perawatan (karena pipa terkubur). Memang dia butuh perawatan kira-kira begitulah," pungkas lulusan ITB ini.
Sebelumnya, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur menyatakan jika blue flame bukanlah atraksi wisata yang ditawarkan di TWA Kawah Ijen. Bahkan BBKSDA Jatim mempertanyakan kealamian blue flame yang menjadi daya tarik wisata. Apakah blue flame itu alami?
Plh Kepala BBKSDA Jawa Timur Wiwied Widodo mengatakan, blue flame bukanlah daya tarik utama dari TWA Kawah Ijen. Sebab sampai saat ini belum ada penelitian ilmiah jika blue flame itu muncul secara alami.
Jika memang fenomena blue flame ini muncul secara alami, maka tidak perlu ada campur tangan manusia untuk menghidupkannya.
"Kalau alami semua wisatawan yang mengamati di situ kalau tidak tertutup embun atau asap pasti bisa melihat. Nggak perlu ada tulisan kalau mau lihat dibakarkan," ujarnya kepada detikJatim, Selasa (23/2/2022).
Atas dasar inilah, kata Wiwied Widodo, untuk mengetahui apakah fenomena tersebut memang benar-benar alami atau buatan harus dilakukan kajian secara mendalam oleh pakar geo vulkanologi.
(iwd/iwd)