Blue flame di TWA Kawah Ijen membutuhkan perawatan agar bisa terus menyala. Hal ini karena salah satu pipa yang menyalurkan gas sulfur ke permukaan tersumbat oleh material gunung.
Api blue flame memang beberapa kali tidak menyala. Hal ini dikarenakan adanya sumbatan gas sulfur tekanan tinggi di salah satu pipa yang ada di sekitar lokasi penambangan belerang di TWA Kawah Ijen.
"Di sana kalau tidak salah ada 8 sampai 10 pipa yang menyalurkan gas sulfur tekanan tinggi. Ada namanya blok atau pipa Kodim yang tidak ditambang oleh para penambang apinya itu bisa terus menyala," ujar Ketua Geopark Ijen, Abdillah Baraas kepada detikJatim, Jumat (25/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdillah menambahkan, api biru tak muncul bisa dikarenakan pipa Kodim tertutup longsoran material tebing TWA Kawah Ijen. Sehingga perlu dibersihkan jika ingin melihat blue flame.
"Tapi karena tertutup longsoran material gunung akhirnya mati. Makanya jika ada yang ingin melihat blue flame wisatawan meminta penambang untuk menggali pipa itu," tambahnya.
Blok atau pipa kodim itu sejajar dengan pipa dari para penambang belerang. Terkadang api blue flame ini juga menyambar beberapa pipa sulfur milik penambang. Sehingga para penambang harus mematikan api dari saluran Kodim.
"Setelah saya diskusi dengan penambang, yang dimanfaatkan untuk api biru adalah pipa Kodim. Ketika api birunya kena angin kemudian nemplok di pipanya penambang, maka akan dimatikan. Itu wajar karena itu memang belerang yang mereka ciptakan akan leleh," katanya.
Pihaknya berharap dalam kondisi tertentu adanya kepedulian pengelola ataupun siapapun yang menginginkan blue flame terus menyala. Karena, tidak menutup kemungkinan fenomena itu akan hilang seiring dengan ketidakpedulian dalam merawat blue flame.
"Siapa yang merawat seharusnya? Pasti semuanya bisa menjawab. Karena blue flame ini juga nantinya akan hilang karena menipisnya gas sulfur didalam perut bumi. Selama masih ada alangkah bijak kita merawat dan menikmati blue flame saat ini," pungkasnya.
(iwd/iwd)