Karier Aji Susanto di dunia sepakbola tak hanya moncer sebagai pelatih, namun juga saat menjadi pemain. Pria asal Malang ini pernah mencatatkan mega transfer pada zamannya.
Aji mengawali kariernya bersama Arema. Dia memperkuat Arema mulai tahun 1987 hingga 1995. Kontribusi besarnya sukses mengantarkan Arema juara Galatama pada musim 1992/1993.
Dengan prestasinya yang mentereng, Aji langsung menjadi idola bagi publik Malang. Namun pada tahun 1995, Aji harus membuat keputusan yang sulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mendapatkan tawaran dari rival Arema yakni Persebaya Surabaya. Aji lantas memutuskan pindah ke Persebaya saat itu. Keputusannya itu membuat suporter Arema kecewa. Tidak sedikit yang melakukan protes kepadanya.
"Masyarakat malang dulu sangat mencintai saya. Kemudian saya memutuskan pindah ke Persebaya. Tentunya, banyak protes yang dilakukan suporter agar saya tidak pindah klub," cerita Aji, saat berbincang di kanal YouTube Persebaya pada 2020 lalu.
Baca juga: Terdepaknya Aji Santoso dari Bajul Ijo |
Penampilan apik Aji bersama Arema membuat Persebaya merogoh kocek sebesar Rp 50 juta. Angka yang terbilang fantastis untuk merekrut pemain saat itu. Itulah sebabnya, kepindahan Aji ke Persebaya sempat mendapatkan julukan mega transfer.
Meski sempat dibenci publik Malang karena kepindahannya ke Persebaya. Namun Aji punya pembelaan. Ia terpaksa menerima tawaran klub rival demi menyelamatkan Arema.
Pasalnya, Arema kala itu tengah dalam krisis keuangan. Pemain beberapa bulan tidak mendapatkan gajian. Dari transfer itu lah kemudian Tim Singo Edan punya dana segar untuk membiayai krisis keuangannya.
"Transfer saya dari Arema ke Persebaya di zaman itu sangat fantastis, Rp 50 juta. Nominal itu kalau zaman dulu bisa menghidupi tim dari 4 sampai 5 bulan. Pemain-pemain Arema saat itu digaji Rp 125 ribu. Padahal saya sudah berstatus pemain Timnas," terangnya.
Karier Aji makin mengkilap bersama klub Kota Pahlawan itu. Tidak hanya solid dalam bertahan, dia juga bagus dalam membantu penyerangan. Untuk itu, tidak mengherankan jika dia selalu menjadi andalan bagi tim nasional Indonesia.
"Bisanya pemain termahal itu dimiliki pemain gelandang atau striker. Tapi ini pemain belakang dan bek kiri. Jadi itu menurut saya sesuatu yang sangat luar biasa," kata pria kelahiran 1970 itu.
Dengan track record gemilang, pelatih Persebaya saat itu, Rusdi Bahalwan langsung mempercayainya menyandang ban kapten. Kepercayaan pelatih dan Bonek dibayar lunas saat Aji membawa Persebaya juara Liga Indonesia musim 1996/1997.
Persebaya saat itu memang pantas menjadi kampiun sepak bola Liga Indonesia. Selain Aji, Bajul Ijo juga dihuni pemain-pemain bintang berlabel Timnas, seperti Anang Ma'ruf, Sugiantoro, Khairil Anwar, Uston Nawawi dan Yusuf Ekodono.
Aji berkostum Persebaya hingga tahun 1999. Selepas itu, dia pindah klub ke PSM Makassar, Persema Malang, lalu kembali ke Arema Malang. Aji memutuskan gantung sepatu pada 2004 dan memulai sebagai pelatih.
Bersama Persebaya, Aji sempat melatih bersama sejumlah klub dari Jawa Timur Seperti Persik Kediri, Persela Lamongan, Arema dan Persebaya. Saat melatih Persebaya ia dinobatkan sebagai pelatih terbaik Liga 1 musim 2021/2022.
(abq/iwd)