Bakat Fadly Alberto Hengga sebagai pemain bola ternyata sudah menonjol sejak anak-anak. Striker Timnas U-16 asal Bojonegoro itu bahkan telah mengasah kemampuannya di Sekolah Sepak Bola (SSB).
Fadly diketahui sempat bergabung dengan SSB Sukorejo Putra Bojonegoro saat usia 8 tahun. Bakatnya kemudian mulai terlihat saat duduk di kelas 2 SD.
"Awal itu Fadly ikut SSB umur 8 tahun. Jadi ikut latihan tiga kali itu sudah kelihatan talentanya. Mempunyai bakat lebih dari yang lainnya yang seumurannya. Bahkan dia bisa mengimbangi umur di atasnya. Sejak saat itu dia sudah sering ikut turnamen kelompok umur," tutur pelatih SSB Sukorejo Putra Bojonegoro Wawan, Selasa (9/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari SSB ini lah, lanjut Wawan, Fadly lantas ikut mendaftar di klub Liga 1 Bhayangkara FC. Mujur, Fadly saat itu lolos dan diterima di Bhayangkara FC Muda.
"Tahun 2023 lalu Fadly mendaftar untuk di Bhayangkara FC Muda, dan diterima," tutur Wawan.
Lolos di Bhayangkara FC Muda tak membuat Fadly puas, ia lantas mengikuti sejumlah seleksi Timnas U-16. Lagi-lagi, ia lolos seleksi dan dipanggil Pelatih Nova Arianto masuk Timnas U-16.
"Alhamdulillah melalui seleksi beberapa kali di Jakarta, Yogya dan Solo, bersaing dengan 35 anak. Dan saya bisa terpilih masuk pemain terbaik bersama 23 anak lainnya," tutur Fadly.
Piana, ibu Fadly mengaku bangga dengan prestasi yang diraih anaknya yang kini tengah bergabung di Timnas Indonesia U-16. Sebagai orang tua tunggal, Piana hanya mendoakan anaknya bisa sukses tak hanya dalam sepakbola namun juga pendidikannya.
"Harapan saya agar jadi anak yang sukses dan terkabul apa yang dicita-citakan," kata Piana.
Meski sukses membawa Timnas U-16 mengukir prestasi, namun kehidupan Fadly masih tetap sederhana. Ia diketahui pulang kampung ke Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk Bojonegoro.
Fatakun, Ketua RT 035 Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro mengatakan Fadly selama ini tinggal bersama ibunya, Piana dan adiknya, Iriana. Sedangkan rumah sederhana yang ditinggali Fadly dan keluarganya diketahui berdiri di atas lahan Perhutani.
"Ini tanah milik Perhutani, bukan tanah hak milik. Jadi sewaktu-waktu kalau dibutuhkan (oleh Perhutani) ya harus dibongkar rumahnya," tutur Fatakun.
Menurut Fatakun, ibu Fadly merupakan single parent dan sehari-hari hanya bekerja serabutan membantu para tetangga yang membutuhkan jasanya.
"Untuk pekerjaannya ya seadanya. Membantu para tetangga yang membutuhkan," ucap Fatakun.
(abq/fat)