Beratnya Keluarga Melepas Kepergian Farzah Korban Meninggal ke-135

1 Tahun Tragedi Kanjuruhan

Beratnya Keluarga Melepas Kepergian Farzah Korban Meninggal ke-135

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Minggu, 01 Okt 2023 11:44 WIB
Arifin (kanan) Paman Farzah dan Silvy, kakak Farzah saat ditemui di rumahnya.
Arifin (kanan) Paman Farzah dan Silvy, kakak Farzah saat ditemui di rumahnya. (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Kota Malang -

Kesedihan atas kepergian sosok terdekat masih dirasakan oleh masing-masing keluarga korban meninggal Tragedi Kanjuruhan. Air mata tak berhenti bercucuran saat mengingat penyebab kematian 135 orang setahun lalu.

Malam mencekam usai laga Derby Jatim antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan itu membuat keluarga korban trauma. Beberapa orang tidak lagi memiliki gairah menonton pertandingan bola yang dulu sangat dinanti-nantikan.

Seperti yang dirasakan keluarga korban meninggal ke-135, Farzah Dwi Kurniawan Jhovhanda. Mereka hanya bisa terus mencoba untuk berlapang dada atas kepergian Farzah yang sama sekali tidak mereka duga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk melepas kerinduan kepada Farzah, keluarga hanya bisa rutin setiap Kamis datang ke TPU kampung untuk berziarah dan mengirimkan doa agar Almarhum Farzah tenang dan amal ibadahnya diterima.

"Yang tersisa dan menjadi sejarah yang tidak bisa dihilangkan adalah sepeda motor yang digunakan Farzah, semacam kenangan yang ditinggalkan," ujar paman Farzah, Arifin pada Jumat (22/9/2023).

ADVERTISEMENT

Tragedi 1 Oktober 2022 itu merupakan kali pertama dan terakhir Farzah menonton secara langsung Arema FC. Selama ini pemuda yang tinggal di Jalan Sudimoro, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu diketahui hanya menonton Arema FC lewat TV.

"Ini kali pertama dia nonton langsung, sebelumnya nonton di TV saja. Kebetulan saat itu dia diajak temen kampung dan mau berangkat. Ya pertama kali dia berangkat kok pas ada tragedi ini," terang Arifin.

Almarhum yang merupakan Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di mata keluarga adalah anak yang pendiam dan tekun belajar serta beribadah.

"Dia tidak pernah neko-neko, jarang keluar juga karena dia punya tugas di kampus. Kalau keluar pun tidak terlalu malam, mungkin keluar itu sebulan sekali sama temen ngobrol ngopi-ngopi gitu," terangnya Arifin.

Farzah sendiri dikenal sebagai anak yang cerdas. Semasa hidup dan masih berkuliah, Almarhum bahkan didapuk menjadi asisten laboratorium gambar di Fakultas Teknik Sipil UMM.

"Kami sedih dan berat sekali. Ini tidak mudah untuk dilepaskan dan hilang dari ingatan kami sebagai keluarga. Ingatan ini menyedihkan, tetapi apapun itu kehendak Yang Kuasa tidak bisa dipungkiri, ya boleh dikatakan musibah, tapi juga ada sedikit campur tangan manusia," ungkap Arifin.

"Kami mewakili dari pihak keluarga orang tua Farzah berharap dan mengimbau agar tragedi semacam ini jangan sampai terulang lagi," pesannya.




(dpe/dte)


Hide Ads