Selama berbulan-bulan usai Tragedi Kanjuruhan, Bagas hanya tergeletak di kamarnya. Keluarga telah berupaya dengan segala cara untuk memulihkan kembali fisik Bagas seperti sediakala.
Mulai dari datang ke Rumah Sakit (RS) hingga menjalani pengobatan alternatif sangkal putung. Setelah 5 bulan proses pemulihan, Bagas akhirnya bisa kembali berjalan tanpa alat bantu.
"Jadi karena terlalu lama berbaring saja. Saya sepertinya lupa cara jalan. Akhirnya dilatih terus dan bulan keenam itu sudah bisa jalan seperti biasanya," ceritanya kepada detikJatim, Sabtu (23/9/2023).
Meski sudah bisa berjalan, kondisi Bagas belum sepenuhnya normal. Dia mengaku sampai saat ini masih belum bisa berlari. Tak hanya itu, ketika mengenakan celana jeans atau ketat, kakinya akan terasa sakit.
"Yang patah ini kan dua. Cuman yang sisi kanan bisa digerakin, kalau kiri itu nggak bisa sama sekali. Walau sudah sembuh semua, untuk kaki kiri kalau pakai celana ketat atau jeans masih sulit buat gerak dan kerasa sakit," terangnya.
"Terus kalau lari itu juga nggak bisa, kalau kata orang sangkal putung karena lupa cara lari. Tapi selama ini juga saya nggak berani coba, karena takut patah lagi kalau dipakai lari," sambungnya.
Bagas sendiri memiliki harapan kondisinya bisa kembali seperti semula. Sehingga, dia bisa beraktivitas tanpa beban dan bisa kembali bekerja seperti sebelum Tragedi Kanjuruhan.
"Dulu saya kerja di ayam geprek. Setelah tragedi, ayam gepreknya tutup. Kemudian saat kondisi saya sudah membaik, sempat kerja di kafe tapi nggak lama keluar," kata dia.
"Ada rencana sama polisi atau pak Bhabinkamtibnas sini ke MOG. Mau dicarikan pekerjaan sama kenalannya di sana," sambungnya.
Luka parah yang diderita Bagas saat Tragedi Kanjuruhan itu bermula saat dia berupaya untuk menyelamatkan diri melalui pintu 12. Nahas, saat berupaya keluar, kaki Bagas menyangkut di pagar dengan posisi kepala di bawah.
Dengan kondisi terbalik, dia berusaha sebisa mungkin bertahan hidup dengan bernapas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut. Bagas mengatur napasnya yang terengah-engah selama kurang lebih 30 menit.
"Setelah itu, kaki yang nyangkut berhasil lepas tapi saya tidak bisa berdiri dan nggak tahu kalau patah tulang. Kebetulan ketemu teman ayah saya dan ditolongin, saat itu saya pingsan dan tahu-tahu di RS Wava Husada," ungkapnya.
Saat berada di RS Wava Husada, Bagas mengaku tidak mendapat penanganan. Salah satu perawat yang memeriksanya saat itu menyebut dirinya hanya mengalami luka ringan.
Pada akhirnya Bagas dipulangkan ke rumah oleh keluarga dan keesokan harinya dibawa menuju RSSA Malang. Saat itu dia dan keluarga baru mengetahui kalau mengalami patah tulang.
Ia mengatakan, saat ini tidak lagi memiliki minat atau keinginan untuk kembali menonton tim kebanggaanya, Arema FC. Hal itu, disebabkan karena rasa kecewa berat melihat sikap acuh dari Arema FC.
"Sampai sekarang tidak ada satupun pemain Arema FC yang ke sini. Cuman ada perwakilan dari Persija sama PSSI yang ke sini. Saya sejak awal sampai sekarang ingat siapa saja yang ke sini. Itu buat saya sangat kecewa," tandasnya.
(dte/dte)