Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) blak-blakan menyoroti peran polisi di Tragedi Kanjuruhan. KontraS menerima laporan soal intimidasi yang dilakukan polisi hingga kebohongan temuan miras.
Pertama, KontraS menyoroti klaim polisi soal temuan puluhan botol minuman keras (miras) di Stadion Kanjuruhan. Belakangan terungkap, botol-botol itu ternyata bukan berisi miras, melainkan cairan untuk mengobati hewan ternak yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kaki (PMK).
KontraS pun mempertanyakan pernyataan polisi yang menyebut botol-botol itu adalah miras. KontraS pun tak segan mencap polisi telah melakukan pembohongan publik.
"Klaim polisi bahwa sejumlah penonton mabuk dan ditemukan alkohol itu adalah kebohongan publik!" tegas Sekjen Federasi KontraS Andy Irfan saat diwawancarai awak media di Malang, Kamis (13/10/2022).
Ia menambahkan, sudah ada aturan yang tegas terkait larangan membawa miras ke dalam Stadion Kanjuruhan. Bahkan, tidak hanya miras. Semua botol berbahan kaca tidak boleh masuk ke stadion. Saat laga Arema FC vs Persebaya, beberapa penonton mengaku tetap diperiksa secara ketat di pintu stadion guna memastikan tak ada yang membawa botol beling.
"Yang bisa masuk hanya botol plastik, kalaupun di dalamnya diganti dengan alkohol, protapnya itu sudah benar, semua minuman yang dibawa itu harus dicium dulu," kata Andy.
"Selain itu, di setiap pintu ada 3 personel dari steward, polisi, dan TNI. Artinya, kontrol pengamanan penuh bisa dikendalikan oleh personel polisi yang bertanggung jawab di situ," sambungnya.
KontraS Juga Soroti Penggunaan Gas Air Mata
Sorotan kedua yang dilontarkan KontraS yakni soal gas air mata. Andy menyebut pihaknya juga ikut mencari tahu soal gas air mata ini. Menurutnya, gas air mata punya peran besar di Kanjuruhan. Gas air mata yang ditembakkan aparat menjadi pemicu banyaknya korban meninggal dunia.
"Gas air mata yang digunakan oleh Brimob, dari temuan ini, kami menyimpulkan adalah penyebab utama dari kericuhan penonton yang menimbulkan kematian," ujar Andy.
Andy mendesak polisi agar tidak terburu-buru membuat kesimpulan. "Saya kira polisi tidak bisa terburu-buru menyimpulkan bahwa penyebab kematian itu karena himpitan dan berdesak-desakan," sambungnya.
KontraS juga sedang mencari tahu kandungan gas air mata yang ditembakkan polisi saat Tragedi Kanjuruhan. KontraS menggandeng sejumlah ahli untuk menguji kandungan gas air mata itu ke laboratorium.
"Iya, menuju ke sana (melakukan uji lab), kita bekerja sama dengan beberapa teman yang mempunyai keahlian itu (melakukan pemeriksaan kandungan gas air mata)," tegasnya.
KontraS ungkap upaya intimidasi yang dilakukan polisi pada keluarga korban. Baca halaman selanjutnya!
            
            
            
            
            (hil/dte)