Kondisi 2 dari 5 pasien korban tragedi Kanjuruhan yang masih dirawat di ICU Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, kritis. Hingga kini belum ada perkembangan berarti kondisi dua pasien tersebut.
Kedua pasien tersebut masih menggunakan ventilator. Ventilator adalah mesin yang berfungsi membantu pernapasan.
Plt Dirut Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, dr Kohar Hari Santoso membeberkan bahwa kondisi pasien yang dirawat di ICU mengkhawatirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dua pasien kondisinya sangat labil, pakai ventilator," kata Kohar kepada detikJatim, Rabu (12/10/2022).
Selain masih tergantung dengan ventilator, jelas dia, kesadarannya belum membaik. Hal itu lantaran cedera otak berat yang dialami.
"Kesadarannya belum baik. Dia mengalami cedera kepala," tambahnya.
Rerata pasien-pasien yang dirawat di ICU lantaran mengalami multitrauma. Trauma kepala, dada hingga sekujur tubuh. Para pasien merupakan korban tragedi Kanjuruhan usai laga Arema Fc Vs Persebaya Sabtu 1 Oktober 2022 malam.
Para aremania yang berada di tribun 12 dan 13 menghindari gas air mata kedaluwarsa yang disemprotkan petugas. Gas air mata kedaluwarsa ini disemprotkan langsung hingga membuat penonton berusaha keluar. Namun pintu tribun tertutup.
Akibatnya massa menumpuk, terpojok dan terinjak-injak. Seketika itu ratusan orang tergeletak dan bergelimpangan karena sesak nafas menghindari gas air mata kedaluwarsa.
Hingga Kamis (13/10/2022), 9 korban Tragedi Kanjuruhan masih dirawat di RSSA Kota Malang. Rinciannya, 5 korban masih kritis dirawat intensif di ruang ICU. Sementara, empat korban lainnya berada di ruang rawat inap.
Humas RS dr Syaiful Anwar, Donny Iryan Vebry Prasetyo saat dihubungi menjelaskan, pascatragedi Kanjuruhan, ada sebanyak 80 korban yang dirujuk ke RSSA. Setelah mendapatkan tindakan medis, 70 korban sudah dipulangkan.
Sementara satu korban meninggal dunia usai dirawat selama 10 hari. Pasien bernama Helen Prisela (20) menjadi korban ke-132 di Tragedi Kanjuruhan.
Tercatat ada 132 orang tewas dalam tragedi paling memilukan sepanjang sejarah sepakbola Indonesia ini. Tragedi terjadi setelah gas air mata ditembakkan, terutama ke arah tribun, kemudian para penonton di tribun kocar-kacir mencari jalan selamat. Miris, kebanyakan mereka malah tewas, apalagi tidak semua pintu keluar stadion terbuka.
(hil/fat)