Korban selamat Tragedi Kanjuruhan Raffi Atha Dziaulhamdi (14) matanya memerah usai terkena tembakan gas air mata polisi. Raffi pun sudah dirujuk ke dua rumah sakit. Namun matanya hingga kini masih memerah.
Salah satunya tidak bisa menebus obat. Sutrisno (45), ayah Raffi mengungkapkan anaknya sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) pada Minggu (2/10/2022).
Saat itu, anaknya dibuatkan resep untuk membeli 5 jenis obat. Tapi keluarga Raffi memilih untuk tidak menebusnya karena 3 jenis obat tidak ada. Apalagi, dirinya tidak memiliki uang cukup dan harus berdebat dengan kasir apotik RSSA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sempat disodori resep, saya bilang saya tidak mampu. Terus berdebat sama kasir apotik di RSAA, akhirnya saya tinggalkan apotik karena mata anak saya kesakitan," kenang Sutrisno menceritakan kesulitan mendapat obat ditemui detikJatim di rumahnya, Jalan Prof Moh Yamin Gang 2A Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Minggu (9/10/2022).
Akhirnya, Sutrisno memutuskan Raffi dirujuk ke RS Hermina. Di rumah sakit ini, dokter menjelaskan mata anaknya bisa pulih tapi butuh waktu sekitar sebulan.
"Dari situ, dirujuk ke RS Hermina. Katanya sih mata merah ini karena iritasi terkena gas air mata. Mata merah ini bisa sembuh tapi butuh waktu sekitar 1 bulan atau bisa lebih," tambahnya.
Meski mata Raffi merah, terang Sutrisno, namun kini sudah tidak merasakan sakit. Padahal sebelumnya, Raffi mengaku anaknya mengeluh saat akan dibuat tidur. "Tapi kata Raffi matanya habis dipakai tidur sudah tidak sakit lagi sampai sekarang," tutur Sutrisno.
Sutrisno sendiri mengaku bersyukur anaknya bisa selamat meski matanya merah. Sebab saat itu, ia memang merasa khawatir di Stadion Kanjuruhan ia mendengar kabar ada tembakan gas air mata dan memakan ratusan jiwa nyawa.
"Saya lihat di rumah itu langsung khawatir karena ada tembakan gas air mata. Saya terus cari info nomornya raffi coba saya hubungi tapi dia nggak bawak Handphone. Khawatir sekali, tapi bersyukur dia selamat," tandas Sutrisno.
Raffi Atha Dziaulhamdi (14), merupakan Aremania yang selamat dari Tragedi Kanjuruhan. Namun pelajar SMPN 2 Kota Malang itu matanya memerah akibat gas air mata hingga kini.
Raffi mengaku pada laga Arema FC kontra Persebaya saat itu duduk di tribun 10 atau di selatan. Ia menonton bersama dengan saudaranya dan teman-temannya pada Sabtu tanggal 1 Oktober 2022.
Selama jalannya pertandingan, ia menyebut semuanya berjalan lancar. Namun seusai laga ia memang mengakui ada beberapa suporter yang turun ke lapangan. Ia pun mengakui sempat turun dari tribun.
Saat berjalan di lapangan itu lah, ia kemudian ditembak gas air mata. Saat di tembak gas itu, ia tepat berada di kepulan asap putih yang keluar.
"Kemudian peluit tanda berakhirnya babak kedua dibunyikan. Sekitar 15 menit setelahnya saya turun ke tribun berdiri. Pas jalan dari aparat menembakkan gas air mata dan saya di kepulan asap itu," ujar Raffi, Minggu (9/10/2022).
(abq/fat)