Kisah-kisah Nyesek Korban Kanjuruhan: Wajah Melepuh, Kaki Patah-Cari Utangan

Kisah-kisah Nyesek Korban Kanjuruhan: Wajah Melepuh, Kaki Patah-Cari Utangan

Tim detikJatim - detikJatim
Jumat, 07 Okt 2022 11:05 WIB
Saguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan
Saguwanto, salah satu korban selamat Tragedi Kanjuruhan (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang -

Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam membuat Dewi Fitri (38) tak bisa tidur. Bagaimana tidak, sang anak, Nur Saguwanto (19) menjadi salah satu suporter yang pergi ke Stadion Kanjuruhan. Ia resah menanti kepulangan anaknya yang pamit menonton laga Arema FC vs Persebaya tersebut.

Kekhawatiran Dewi terus menumpuk, apalagi saat ia menerima banyak informasi korban meninggal atas insiden tersebut. Hatinya semakin kalut. Berkali-kali, ia mencoba menghubungi ponsel sang anak, namun panggilan tersebut tak berbalas.

Warga Jalan Karsidi RT 2/RW 3 Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini berusaha mencari-cari ke sejumlah rumah sakit di Malang, namun hasilnya nihil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Esoknya, Dewi baru bisa bernapas lega. Ada kabar sang anak dirawat di RSUD Kanjuruhan. Kondisinya selamat, meskipun kakinya patah hingga wajahnya melepuh.

"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi ketemu," kata Dewi saat ditemui detikJatim di kediamannya, Kamis (6/10/2022).

ADVERTISEMENT

Meskipun selamat, Dewi menyebut, anaknya mengalami sesak napas. Diduga, kondisi ini merupakan efek dari gas air mata yang terlampau banyak dihirup hingga mengendap di tubuhnya.

Saguwanto, korban selamat Tragedi KanjuruhanSaguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan bersama ayahnya Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim

Hatinya juga hancur saat mengetahui kaki kiri anaknya patah. Lalu, wajah anaknya pun melepuh.

Meski kondisinya cukup parah, Saguwanto akhirnya diperbolehkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis. Ini karena ruangan tempat perawatan penuh sesak.

"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," ujar Dewi.

Masalah baru pun timbul. Dewi mengaku sampai mencari utangan untuk menutup pengobatan anaknya di rumah. Berbeda ketika penanganan di rumah sakit, semua biaya digratiskan.

"Kalau biaya waktu perawatan di rumah sakit gratis. Mau nggak mau saya cari utangan sendiri. Sudah habis Rp 750 ribu hari ini, ayahnya juga masih mencari hutangan lagi," bebernya.

Keluarga Saguwanto adalah keluarga prasejahtera. Mereka memiliki kartu berobat Kartu Indonesia Sehat (KIS). Hanya seorang buruh tani, ayah Saguwanto, Mahfud berharap anaknya bisa kembali sembuh. Mahfud masih mengingat kondisi putranya cukup mengenaskan pasca kejadian. Bagian matanya bengkak merah dan kulit wajah melepuh.

"Kalau bantuan sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah," tutur Mahfud.

Saguwanto ungkap kondisinya yang mengalami sesak napas. Baca di halaman selanjutnya!

Saat ini, Saguwanto mengaku masih merasakan sesak akibat sisa gas air mata dalam tubuhnya. Namun, ia bersyukur bisa selamat dari tragedi itu. Meskipun, saat ini Saguwanto masih tergolek lemas di tempat tidur rumahnya.

Saguwanto mengalami luka patah pada kaki kirinya. Selain itu, bagian wajahnya melepuh dan kedua matanya bengkak. Ada bekas sisa gas air mata di dalam tubuhnya. Sehingga saat bernafas, Saguwanto mengaku sedikit berat dan sesak.

Saguwanto, korban selamat Tragedi KanjuruhanSaguwanto, korban selamat Tragedi Kanjuruhan Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim

Saguwanto bercerita, ia menonton laga Arema FC vs Persebaya di Tribun 11. Usai pertandingan bubar, dia melihat beberapa penonton turun ke lapangan.

"Tiba-tiba ada tembakan gas air mata di tempat saya duduk. Setelah itu saya nggak ingat lagi," kenangnya.

Pemuda yang baru lulus SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi ini mengaku masih trauma setelah melewati tragedi kelam menewaskan 131 orang itu.

"Saya baru sadar ketika hari Minggu pagi. Tahu-tahu sudah ada di RSUD Kanjuruhan. Mau telepon keluarga nggak bisa, karena pandangan mata kabur," tuturnya.

Dalam kondisi sendirian tergeletak di rumah sakit, Saguwanto hanya bisa menangis. Kesedihan Saguwanto baru terhenti setelah keluarga datang ke rumah sakit.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)


Hide Ads