Pilu Ortu Aremania Blitar Korban Kanjuruhan: Kami Ikhlas, Tapi Usut Tuntas!

Pilu Ortu Aremania Blitar Korban Kanjuruhan: Kami Ikhlas, Tapi Usut Tuntas!

Fima Purwanti - detikJatim
Kamis, 06 Okt 2022 17:09 WIB
Keluarga korban tewas Tragedi Kanjuruhan
Suwarji saat menunjukkan potret Andika yang menjadi korban tewas Tragedi Kanjuruhan (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Blitar -

Seorang Aremania asal Blitar, Andika Bayu Pradana (17) menjadi salah satu korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10) malam. Orang tua angkat Andika, Suwarji dan Suminten berkisah soal keanehan Andika sebelum berangkat menonton laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Sore itu, Suwarji mengakui Andika tak seperti biasanya. Saat berangkat ke Malang, Andika tidak membawa HP maupun sepeda motor. Padahal biasanya, remaja ini tidak bisa lepas dari ponsel miliknya. Saat itu, Andika berboncengan dengan rekannya.

Warga Dusun Salam, Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar ini menceritakan, sang istri sempat melarang Dika-sapaan akrab Andika-pergi menonton laga Singo Edan. Pasalnya, hari itu, cuaca buruk tengah melanda wilayah Blitar. Namun, Dika nekat berangkat diiringi mendung yang menggelayut hingga gerimis hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Suwarji maupun Suminten mengaku tak memiliki firasat apapun soal kepergian Dika. Sebelum berangkat ke Kanjuruhan, Dika beraktivitas seperti biasanya. Saban hari, Dika mencari lumut untuk dijual. Sepulang mencari lumut, ia juga berada di rumah sampai sore hari.

Tetiba, badai menghampiri keluarga Suwarji. Ia mendapat kabar Dika tewas usai laga Arema FC vs Persebaya. Ia mengaku sempat tak percaya dan menganggap kabar ini penipuan belaka.

ADVERTISEMENT

"Saya dapat telepon kalau Dika dibawa ke rumah sakit, saya enggak percaya. Saya mengira itu penipuan. Tapi setelah dikirimkan fotonya, saya baru percaya," terang Suwarji kepada detikJatim, Kamis (6/10/2022).

Saat kejadian, beruntung Dika dikenali rekannya meskipun belum memiliki identitas. Rekannya hafal betul dengan baju hingga kaus kaki yang digunakan oleh Dika. Bahkan, rekannya mencari keberadaan Dika di tiga rumah sakit yang berbeda.

Usai mendapat kabar ini, Suwarji langsung menghubungi ayah tiri Dika yang berada di Kalipare, Malang. Tujuannya, untuk memastikan keberadaan jenazah anak angkatnya. Saat kabar ini terkonfirmasi, keluarga dari Nglegok, Blitar berangkat menjemput Andika sekitar pukul 04.00 WIB.

"Sampai rumah sini pukul 11.00 WIB, langsung kami mandikan, salatkan dan dimakamkan," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, Suwarji menceritakan sosok Dika yang begitu dekat dengan keluarganya. Sejak usia tiga bulan, Dika sudah berada dalam kehangatan keluarga Suwarji dan Suminten. Dika sudah dianggap seperti anak sendiri.

"Saya ini paman dari ayah kandungnya. Ya bisa dibilang kakek. Tapi dia manggil saya dan ibu ya bapak dan emak, bukan kakek nenek," kata Suwarji.

Meski menjadi anak angkat, tetapi Dika selalu mendapatkan kasih sayang yang lebih dari Suwarji dan Suminten. Bahkan, meraka mengakui ikatan batin mereka sangat kuat.

"Enggak pernah minta apa-apa, kami minta lanjut sekolah SMK saja tidak mau. Kalau kata orang-orang nggak mau merepotkan kita berdua," imbuh Suminten.

Kini, tak ada lagi anak bungsu yang dimanja oleh Suwarji dan Suminten. Keluarga sederhana ini pun sudah ikhlas dengan kepergian Dika. Namun, Suwarji ingin tragedi yang merenggut 131 nyawa ini diusut tuntas.

"Kami ikhlas, tapi kami juga ingin kejadian ini diusut dengan tuntas. Jangan lagi ada kejadian seperti ini lagi," pungkas Suwarji.




(hil/dte)


Hide Ads