Pascatragedi memilukan tersebut, muncul sebuah suara perempuan yang mengaku sebagai penjual dawet. Suara tersebut tersebar di banyak grup WhatSapp.
Perempuan si penjual dawet mengaku berada di sekitar stadion saat Tragedi Kanjuruhan pecah. Dia menyebut, saat itu banyak suporter Arema yang mabuk. Suporter mabuk tersebut mengejar polisi yang berupaya menyelamatkan anak perempuan di tribun 3. Dia lalu memberikan pertolongan dengan menyuruh polisi itu untuk masuk ke tokonya.
"Nah si Pak Arif ini nolong (anak yang terjepit), tapi dipukuli kepalanya. Kenapa saya tahu? Karena saya selamatkan di toko saya, yang namanya Pak Arif ini. Polisi ini. Tak selamatkan. Malah saat itu dawetku iki, aku dodolan dawet, kate dikeprukne. Yo aku, 'lho, iki dawet mas, ojo, ojo, yo. Terus dideleh. Habis itu anak kecil ini sama Pak Arif ini diraupi, dicuci mukanya. Ndek tokoku, mas. Dadi terus masuk. Diuber karo bocah sing iki mau, koyok jaran kepang kalap ngono kae. Dia sembarang wong digepuki, diantemi. Terus tambah lagi, tambah lagi, karena mereka mabuk. Dan banyak yang konsumsi obat terlarang. Gitu, lho," demikian narasi yang disampaikan suara perempuan penjual dawet yang viral itu.
Deny Prastyo Utomo, reporter detikJatim mencoba menelusuri keberadaan penjual dawet tersebut di Stadion Kanjuruhan, Selasa (4/10). detikJatim mulai mengitari Kanjuruhan dari Tribun 13, tribun yang paling banyak memakan korban.
Di antara Tribun 13 dan 14, detikJatim menjumpai sebuah warung kopi sederhana yang berada di bawah tribun stadion. Pemiliknya seorang perempuan. Warung itu menjual beragam minuman saset dan mi instan.
Setelah memesan dan mencecap kopi, detikJatim bertanya tentang penjual dawet di sekitar stadion. Pemilik warung tersebut mengaku tidak tahu ada penjual dawet di Kanjuruhan.
"Setahu saya tidak ada yang jualan dawet. Di sini rata-rata ya memang jual kopi," katanya.
Penelusuran kemudian berlanjut. detikJatim kembali mengelilingi Stadion Kanjuruhan. Sepanjang perjalanan hingga sampai ke Tribun 3, hanya ada 3 warung yang buka. 2 warung kopi dan 1 gerai yang menjual pernak-pernik Arema.
detikJatim berhenti di satu warung kopi lainnya dan pura-pura bertanya ke sang pemilik.
"Panas yo bu, nang kene onok sing dodol dawet nggak? Pengen dawet"
"Wah, nggak onok mas lek dawet nang kene"
Begitu lah percakapan singkat siang itu. Pada akhirnya penelusuran hari itu, tidak ditemukan penjual dawet di sekitar Kanjuruhan.
detikJatim kemudian mencoba lagi untuk mendatangi Kanjuruhan, hari ini, Rabu (5/10/2022). Penelusuran fokus ke Tribun 3. Di dekat pintu stadion, tak ada warung makanan. Hanya ada 2 toko mebel yang mengapit pintu 3. Pipa besi sebagai pengatur jalan penonton masuk di depan pintu 3 itu terlepas usai Tragedi Kanjuruhan.
Saat pertandingan Arema FC vs Persebaya, toko yang berada di kiri pintu tutup. Sedangkan toko lain yang di sebelah kanan pintu tetap buka.
"Tapi ya langsung tutup pas ada ramai-ramai (kerusuhan)," kata Febri, penjaga toko tersebut.
Febri mengaku, saat Tragedi Kanjuruhan terjadi, dia sudah pulang. Menurutnya, toko tersebut tak pernah tutup meski ada pertandingan malam.
detikJatim lantas bertanya soal penjual dawet di dekat pintu 3.
"Nggak ada. Di sini ya toko furnitur," katanya.
Febri menambahkan, sepengetahuan singkatnya tidak ada penjual dawet di Stadion Kanjuruhan.
"Nggak pernah tahu. Nggak pernah lihat," imbuhnya.
Berdasarkan penelusuran tersebut, detikJatim menganggap suara penjual dawet saat Tragedi Kanjuruhan adalah hoaks. Faktanya di lapangan, tidak ada yang pernah mengetahui seorang perempuan menjual dawet.
(hil/dte)