Perpisahan Selamanya Emilia dengan Anak dan Suami di Tribun 13 Kanjuruhan

Perpisahan Selamanya Emilia dengan Anak dan Suami di Tribun 13 Kanjuruhan

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Selasa, 04 Okt 2022 22:31 WIB
Emilia bersama orangtuanya
Emilia bersama orangtuanya kehilangan suami dan anaknya berusia 3,5 tahun dalam Tragedi Kanjuruhan, Malang (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)
Malang -

Emilia (33), Aremanita asal Jalan Sumpil, Kota Malang harus kehilangan suami dan anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. Mereka berpisah selamanya di Tribun 13 dalam Tragedi Kanjuruhan.

Emilia dan Rudi Harianto (34), suaminya sebenarnya tak terlalu suka menonton langsung laga sepakbola di stadion. Tapi mereka rela ke stadion demi sang anak yang mulai suka dengan Arema FC.

Emilia bersama suami dan anaknya sendiri telah tiga kali menonton langsung di stadion. Mereka menonton laga home saat Arema FC menjamu Persija, Persib dan terakhir saat menghadapi Persebaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nonton Arema FC melawan Persebaya ini yang ketiga. Sebelumnya nonton saat Arema FC lawan PSIS Semarang dan Arema FC lawan Persija Jakarta," ujar Emilia kepada detikJatim, Selasa (4/10/2022)

Saat laga Arema FC menjamu Persebaya, keluarga kecil ini datang ke Stadion Kanjuruhan dengan menaiki motor. Di dalam stadion, mereka menempati tribun 13.

ADVERTISEMENT

"Sampai di stadion seperti biasa bertemu dengan keluarga dari suami saya, kumpul bareng. Saat itu saya sama suami dan anak nonton di tribun 13," tutur Emilia.

Menurut Emilia, selama pertandingan semuanya berjalan dengan lancar hingga usai pertandingan. Pada akhir laga itu ia juga sempat menyaksikan seorang suporter turun ke lapangan

"Selama pertandingan, berjalan lancar. Terus kemudian di akhir baru ada yang turun ke lapangan itu," tukas Emilia.

Turunnya suporter itu rupanya diikuti oleh suporter lainnya. Tak lama kemudian terjadi gesekan di lapangan dan sebuah benda mengeluarkan asap putih yang dilontarkan polisi ke arah tribun 13.

Mengetahui ada gas air mata, suaminya kemudian langsung mengajak untuk keluar sambil menggendong anaknya. Ia mengaku terpisah dengan suami dan anaknya karena saling dorong berebut ke pintu keluar.

"Tahu ada gas air mata, suami saya ngajak keluar. Saat itu suami menggendong anak saya. Terus ada satu orang (di belakang suami saya) itu saya. Tapi gara-gara kedorong yang di belakang, saya terpisah sama suami.

Menurut Emilia, pintu di tribun 13 saat itu terbuka sangat kecil. Ini karena sempat melihat pintu itu hanya bisa dilewati 2 orang. Sedangkan yang berebut untuk keluar sudah saling berdesak-desakan karena gas air mata sudah mulai terasa.

"Saat itu pintu yang dibuka di tribun 13 cuman cukup buat 1 atau 2 orang. Saat mau turun itu gas air matanya makin terasa ditambah saling dorong orang-orang yang saling ingin menyelamatkan diri masing-masing," sambungnya.

Setelah terpisah itu, Emilia mengaku ditarik oleh seseorang kembali ke tribun atas. Ternyata orang yang menariknya mengira Emilia adalah adiknya. Saat berada di tribun itu, Emilia lalu bertemu dengan adik iparnya.

"Terus saya minta tolong adik ipar itu mencarikan suami dan anak saya. Saya nunggu sekitar 30 menitan di tribun sama saudara saya perempuan," katanya.

Usai tembakan gas air mata, suasana memang agak mereda. Tetapi pemandangan yang dilihatnya sangat mengenaskan. Karena banyak penonton yang tampak terkapar sekarat di tribun karena menghirup gas air mata.

"Di tribun (atas) suasananya sudah gak mencekam seperti pertama kali. Gas air mata sudah agak hilang. Saat itu penonton sudah banyak yang sekarat, tergeletak di tribun," kenangnya.

Setelah 30 menit menunggu, Emilia kemudian mendapat kabar anaknya berada RSUD Kanjuruhan. Ia langsung bersegara ke sana. Namun apa yang dilihatnya membuat hancur hatinya karena anaknya sudah tak bernyawa di kamar mayat.

Belum selesai melihat itu, sekitar 10 menit selanjutnya mendapat kabar lagi bahwa suaminya juga telah ditemukan. Suaminya ditemukan di Rumah Sakit Wava Husada. Sama, nyawa suaminya juga telah tiada.

"Selang 30 menit ada kabar dari kakak saya. Setelah kakak saya minta foto dan ditunjukkan ke polisi itu ketemunya di RS kanjuruhan. Posisi anak saya sudah di kamar mayat. Terus 10 menit lagi dapat kabar suami saya sudah gak ada nyawa di RS Wava Husada," tandas Emilia.

Halaman 2 dari 2
(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads