Cerita Pilu Sulastri Kehilangan Suami untuk Selamanya di Tragedi Kanjuruhan

Cerita Pilu Sulastri Kehilangan Suami untuk Selamanya di Tragedi Kanjuruhan

Deny Prastyo Utomo - detikJatim
Senin, 03 Okt 2022 22:29 WIB
Sulastri saat menerima bantuan dari Mensos di Kantor Kecamatan Lowokwaru
Sulastri saat menerima bantuan dari Mensos di Kantor Kecamatan Lowokwaru. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Malang -

Laga Derby Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Sabtu kemarin jadi momen terakhir kebersamaan Sulastri (50) dengan suaminya Ahmad Wahyudi (40). Di tribun 12 ia gandeng tangan suaminya erat-erat sebelum dirinya jatuh pingsan terinjak-injak suporter lain yang panik karena gas air mata.

"Kami mau pulang. Mau sampai tangga sudah ada gas air mata di depan kami, di Tribun 12. Waktu mau turun aku pegangan sama suami. Tapi lepas. Terus saya sudah nggak ingat apa-apa lagi. Sudah pingsan saya," ujar Sulastri di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (3/10/2022).

Sulastri menjadi 1 dari sejumlah korban tragedi terburuk sepak bola nasional yang menerima bantuan dari Kementerian Sosial. Saat kembali menceritakan momen itu kepada wartawan, Sulastri tak kuasa menahan air mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata malam itulah momen terakhir dirinya menggandeng tangan suaminya. Kini Ahmad Wahyudi telah tiada. Pria itu menjadi 1 dari 125 korban tewas Tragedi Kanjuruhan yang sangat memilukan.

"Iya nggak nyangka, itu (pertemuan) terakhir dengan bapak," kata Sulastri.

ADVERTISEMENT

Sulastri dan Ahmad Wahyudi adalah Aremania dan Aremanita sejati. Sejak sebelum menikah mereka berdua selalu nonton Arema FC bertanding baik di Malang maupun saat laga away di luar kota.

Selain momen menggandeng tangan suaminya untuk terakhir kalinya itu, Sulastri hanya mengingat bahwa dirinya hanya mengingat selama beberapa menit matanya menjadi perih dan dadanya sesak akibat gas air mata sebelum akhirnya pingsan.

Untung saja suporter lain menolongnya. Begitu siuman, dia sempat masih mengalami sejak napas hingga tidak bisa berjalan karena kakinya sempat terinjak-injak oleh suporter lain ketika peristiwa di tribun 12 itu terjadi.

"Aku juga nggak tahu kalau bapak dibawa ke rumah sakit. Soalnya aku pingsan. Tahu-tahu dikasih kabar dari keponakan, sudah dibawa ke rumah sakit Wafa," ujar Sulastri.

Kini Sulastri yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga hidup sebatang kara. Ahmad Wahyudi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Perempuan itu mengaku masih trauma.

"Semoga nggak terjadi lagi, kami ini suka sepak bola, kalau lihat begini kan trauma. Sudah kehilangan suami, banyak teman-teman meninggal juga. Kasihan. Semoga tidak terjadi lagi. Istri menjadi janda, anak-anak jadi yatim piatu. Jangan terulang lagi ada gas air mata. Banyak korban jiwa!" Katanya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads