4 Hal yang Menguras Air Mata soal 125 Nyawa Melayang di Tragedi Kanjuruhan

4 Hal yang Menguras Air Mata soal 125 Nyawa Melayang di Tragedi Kanjuruhan

Tim detikJatim - detikJatim
Senin, 03 Okt 2022 13:19 WIB
Petugas medis memindahkan jenazah korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan di RSUD Saiful Anwar, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022). Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyebutkan tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang mengakibatkan sebanyak 131 orang meninggal dunia. ANTARA FOTO/R D Putra/Zk/rwa.
Korban meninggal di RSU Syaiful Anwar (Foto: ANTARA FOTO/R D Putra)
Surabaya -

Tragedi Kanjuruhan yang terjadi Sabtu (1/10/2022) malam membuat semua mata tidak percaya. Bayangkan saja, kejadian ini membuat 125 nyawa melayang sia-sia. Berawal dari pertandingan Arema FC Vs Persebaya yang berujung skor 2:3.

Kemenangan di Kanjuruhan ini adalah yang perdana bagi Persebaya setelah 23 tahun bertanding dengan Arema FC. Keadaan di lapangan sempat hening sejenak saat Arema FC menelan kekalahan pahit. Sementara pemain Persebaya langsung keluar dari lapangan setelah peluit panjang.

Namun kekalahan ini membuat patah hati pecinta aremania di dalam stadion. Mereka bermaksud menanyakan hal itu ke pemain atau pelatih. Para suporter dari tribun satu per satu turun. Banyaknya suporter turun ke lapangan ini disambut gas air mata petugas kepolisian yang berada di lapangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupanya, gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun 10 hingga 13 turun. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik, berlarian dan terinjak-injak berebut keluar stadion. Namun Kapolda Jatim menyebut banyaknya nyawa melayang karena terjadi penumpukan massa.

"Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak napas kekurangan oksigen," kata Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.

ADVERTISEMENT

Berikut 4 hal menguras air mata meninggalnya 125 orang:

1.Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Tribun

Kekalahan Arema FC dengan Persebaya setelah 23 tahun bertanding membuat kaget para suporter. Mereka tak mampu menahan sedih seakan patah hati. Keadaan di lapangan sempat hening sejenak saat Arema FC menelan kekalahan pahit.

Para suporter bermaksud menanyakan hal itu ke pemain atau pelatih. Para suporter dari tribun. Banyaknya suporter menyerbu ke lapangan ini disambut gas air mata petugas kepolisian yang berada di lapangan.

Tak hanya berhenti di situ. Polisi menembakkan gas air mata di tribun 10 hingga 13. Efeknya membuat suporter sesak nafas, pandangan kabur dan mata perih. Mereka pun berebut keluar dari tribun tersebut menuju pintu keluar. Namun pintu-pintu itu terkunci. Akibatnya para suporter panik dan berlarian hingga terinjak-injak.

2. Tubuh para suporter lemas bertumbangan-mayat bergelimpangan di tangga

Fans Arema FC asal Ponorogo ikut menjadi saksi pilu tragedi Kanjuruhan. Dia sempat melihat mayat bergelimpangan di tangga akses stadion menuju ke tribun.

"Saya kan sebenarnya sudah keluar usai pertandingan, tapi balik lagi ke dalam stadion karena ada teman yang pingsan," tutur Joko kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).

Joko menerangkan, saat kembali ke dalam stadion, suasana di dalam sudah pekat dengan asap dari gas air mata. Joko saat itu berada di tribun 12-13.

"Saya lihat mayat di sekitar tangga, suasana di dalam (stadion) kalut," terang Joko.

Saat menolong rekannya yang pingsan, lanjut Joko, dia juga sempat merasakan gas air mata. Menurutnya, rasanya sesak dan hingga membuat mata perih.

"Asapnya banyak kayak kabut, di mata perih, sesak napas, kena gas air mata juga," imbuh Joko.

Suporter asal Ponorogo itu pun akhirnya bisa pulang pada dini hari. "Suporter Ponorogo balik naik bus sekitar jam 1 malam," tukas Joko.

Penjelasan suporter tribun VIP melihat kepanikan rekan-rekannya diberi tembakan gas air mata, di halaman selanjutnya.

3. Suporter di Tribun VIP Teriak: Balekno Nyowoe

Salah satu penonton yang duduk di tribun VIP, Rangga melihat sendiri kepanikan saat 5 tembakan gas air diarahkan ke tribun. Sebanyak 2 tembakan gas air mata langsung meluncur ke arah tribun 12 dan 14 yang saat itu masih penuh penonton.

Rangga pun turun dari tribun tempat dirinya menonton. Saat turun, dia melihat banyak suporter yang telah meninggal berjejer di sebuah lorong.

"Saya lihat sudah banyak korban-korban. Melihat temen-temennya atau saudaranya teriak-teriak 'balekno nyowoe' rasanya mberebes mili. Kenapa sepakbola harus memakan korban nyawa?" tuturnya.

Menyaksikan sendiri bagaimana korban dalam tragedi Kanjuruhan itu berjatuhan Rangga mengaku merasakan pilu dan terus disergap dengan pertanyaan mengapa? Mengapa harus ada korban sebegitu banyaknya.

"Melihat kematian korban-korban itu juga sangat menyayangkan. Apalagi saat itu saya hadir. Tidak saya bayangkan, sepakbola yang harusnya bisa dinikmati dan dicintai akhirnya menjadi malam kelam," tandasnya.

4. Berangkat Bersama, Pulang Tertutup Mukena

Seorang suporter Arema FC asal Jember, Abdul Muqit tak bisa menahan kesedihannya saat mendapati temannya bernama Faiqotul Hikmah (22) menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Muqit melihat sendiri jenazah rekannya itu terbujur kaku di dalam stadion.

Padahal, mereka berangkat bersama dari Jember. Namun sebelum laga berlangsung, Muqit dan Faiq sempat terpisah. Faiq sudah di dalam stadion, namun Muqit masih ada di luar. Pada akhirnya Muqit tetap tidak bisa masuk ke dalam stadion karena tidak mendapatkan tiket.

Saat kericuhan pecah selepas pertandingan, Muqit terus berusaha mengontak Faiq. Pria asal Wirowongso, Jenggawah ini lalu mencoba mencari Faiq di tengah kericuhan.

Muqit lalu bertemu dengan temannya yang lain jika Faiq sudah ditemukan di dalam stadion. Namun, saat sudah di dalam, Muqit mendapati Faiq sudah meninggal dunia.

"Korban posisi dalam gedung stadion dan sudah ditutupi kain putih. Seperti mukena," imbuh Muqit.

Halaman 2 dari 2
(dpe/fat)


Hide Ads