Hasil perolehan suara pasangan calon Kris Dayanti-Kresna Dewanata Prosakh di Pilwali Batu 2024 tidak sesuai harapan. Padahal, popularitas KD sebagai figur publik sudah tidak perlu diragukan lagi.
Pengamat politik Universitas Brawijaya, Taufik Akbar mengungkap faktor teoritis yang menyebabkan seseorang yang populer belum tentu bisa terpilih saat berkompetisi dalam kontestasi Pilkada Serentak 2024.
"Terkait KD (Kris Dayanti) yang bertarung di Pilkada Kota Batu, kalau kemudian kita menengok secara teoritis dulu bahwa popularitas itu tidak seiring dengan yang namanya elektabilitas. Secara teoritisnya seperti itu," kata Taufik kepada detikJatim, Kamis, (28/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, popularitas seorang calon memang penting tetapi tidak selalu menjamin kemenangan dalam Pilwali atau kompetisi politik lainnya. Menurutnya ini harus menjadi perhatian serius.
"Di Pilkada Kota Batu, meskipun KD cukup populer, persaingan tetap ketat dengan adanya 3 pasangan calon. Terlebih, dalam hasil quick count Bakesbangpol Kota Batu menunjukkan bahwa KD dan Kresna berada di posisi terbawah," urainya.
"Ini yang menjadi bukti bahwa meski seseorang atau tokoh politik itu populer, elektabilitas yang nyata tetap menjadi kunci utama dalam meraih kemenangan," sambung Dosen Ilmu Politik Universitas Brawijaya itu.
Taufik memetakan, ada 2 faktor penting yang perlu dicermati dalam Pilkada Kota Batu terkait fenomena kekalahan KD. Pertama, popularitas KD tidak seiring dengan elektabilitas karena masyarakat Kota Batu cenderung memperhitungkan ketokohan daerah.
"Meski Kresna berasal dari Malang, dia lebih dikenal sebagai bagian dari komunitas lokal. Sementara Krisdayanti, meskipun populer, lebih banyak mendapat perhatian dari Jakarta," sebut dia.
Lebih lanjut, Taufik menyebutkan kembali pengalaman KD di Pemilihan Legislatif 2024. Meski popularitasnya cukup besar, Sang Diva gagal meraih kursi di Senayan. Tentu hal ini menunjukkan bahwa popularitas tidak cukup untuk memenangkan pemilu.
"Bahwa dalam kompetisi, elektabilitas yang nyata, yang tercermin dalam dukungan masyarakat, itulah yang menjadi faktor yang lebih menentukan," bebernya.
Berbeda dengan Nurochman-Heli yang merupakan anggota DPRD Kota Batu, mereka jelas memiliki kedekatan dengan masyarakat lokal. Selain itu, ada instrumen politik yang dibangun oleh pasangan calon ini yang menurut Taufik berpengaruh sangat besar.
"Jika popularitas benar-benar sejalan dengan elektabilitas, seharusnya KD bisa lolos, mengingat besarnya perhatian yang ia terima," jelas dia.
"Pembelajaran yang bisa diambil bahwa dalam politik, popularitas saja tidak cukup. Yang menjadi penting, elektabilitasnya harus nyata, diukur lewat survei-survei yang akurat yang mana ini jauh lebih penting untuk menentukan kemenangan," pungkasnya.
(dpe/iwd)