Debat pamungkas Pilgub Jatim 2024 mengangkat tema besar infrastruktur. Tiga paslon cagub-cawagub telah menuntaskan debat dengan adu gagasan menawarkan program-program pembangunan untuk Jawa Timur.
Pakar Transportasi Teknik Infrastruktur Sipil ITS Dr Ir Machsus ST MT menilai, infrastruktur di Jawa Timur telah berkembang pesat. Hal ini didukung proyek besar seperti Tol Trans-Jawa dan pengembangan koridor strategis yang meningkatkan konektivitas antarwilayah.
"Namun, masih ada beberapa aspek yang kurang dan memerlukan perhatian lebih. Salah satu kekurangan utama adalah kurangnya integrasi transportasi publik. Terutama di luar Surabaya dan kota besar lainnya, walaupun TransJatim telah membantu konektivitas transportasi publik di Gerbangkertosusila," katanya kepada detikJatim, Selasa (19/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, fasilitas logistik juga perlu ditingkatkan. Meski terdapat pelabuhan besar, seperti Tanjung Perak, pelabuhan kecil, namun akses ke pusat ekonomi belum optimal, sehingga menghambat distribusi yang cepat.
"Infrastruktur penanganan bencana seperti tanggul dan sistem drainase harus diprioritaskan, terutama di daerah rawan banjir seperti Gresik dan Sidoarjo, yang baru-baru ini terdampak banjir parah," ujarnya.
Machsus menilai, adopsi teknologi untuk manajemen lalu lintas juga harus ditingkatkan. Baginya, kota besar seperti Surabaya dan Malang masih kerap macet, sehingga penerapan sistem transportasi pintar menjadi penting.
"Tantangan utamanya adalah koordinasi lintas sektor dan pendanaan. Model pembiayaan inovatif seperti kemitraan publik dan swasta perlu diperkuat untuk mengatasi kebutuhan investasi besar," jelasnya.
Dosen Transportasi Prodi S2 Terapan, Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi ITS ini memberikan tiga masukan untuk mengembangkan infrastruktur di Jawa Timur. Pertama, pengembangan transportasi publik terintegrasi.
Ia mengatakan, perluasan jaringan transportasi publik yang menghubungkan kota-kota besar dengan daerah terpencil harus menjadi prioritas. Implementasi kereta komuter dan sistem transportasi terpadu dengan tiket terintegrasi, akan meningkatkan mobilitas masyarakat, dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
"Contohnya, memperluas jalur kereta komuter yang menghubungkan Surabaya dengan daerah seperti Sidoarjo dan Gresik," ujarnya.
Kedua, peningkatan infrastruktur logistik dan pelabuhan. Warek II ITS ini mengatakan, mengoptimalkan pelabuhan kecil untuk mendukung distribusi barang lebih merata di wilayah Jawa Timur sangat penting. Pelabuhan seperti di Lamongan dan Tuban bisa diperluas dan dikembangkan untuk mengurangi beban di Pelabuhan Tanjung Perak, dan mempercepat arus barang ke berbagai pusat ekonomi lokal.
Ketiga, investasi dalam teknologi dan sistem manajemen lalu lintas. Menurut Machsus, Jawa Timur harus mengadopsi teknologi pintar dalam infrastruktur transportasi. Seperti sistem manajemen lalu lintas berbasis sensor dan aplikasi navigasi cerdas.
"Itu dapat mengurangi kemacetan dan meningkatkan efisiensi transportasi di kota-kota besar. Kota seperti Surabaya dapat menjadi contoh proyek percontohan yang diperluas ke kota-kota lain di Jawa Timur," pungkasnya.
(irb/hil)