Ada yang unik pada gelaran debat publik ketiga Pilwali Kota Blitar. Itu karena debat ketiga digelar menggunakan bahasa Jawa. Selain itu, masing-masing paslon hingga moderator juga menggunakan busana adat Jawa.
Pantauan detikJatim, debat ketiga Pilwali Kota Blitar digelar di Gedung Kesenian Kota Blitar. Uniknya, debat kali ini digelar dengan nuansa Jawa. Itu terlihat dari busana yang digunakan oleh moderator, paslon hingga komisioner KPU Kota Blitar. Mereka menggunakan busana adat Jawa dan batik khas Kota Blitar.
Debat Bahasa Jawa dimulai dengan segmen keempat, yang juga disampaikan oleh moderator. "Paslon nomor 02 Ibbin - Elim ngawiti pitakon" "Monggo meniko segmen sekawan, Paslon 02 saget pitakon dijawab kalihan Paslon 01 Bambang - Bayu".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Paslon nomor 2 bisa memulai pertanyaan, di segmen keempat ini. Paslon 2 bisa bertanya bertanya, kemudian dijawab oleh Paslon 1)
Termasuk saat paslon 01, Bambang - Bayu menyampaikan pertanyaan kepada paslon 02, Ibbin - Elim.
Paslon 02, Elim:
Pripun kabare Pak Bambang Pak Bayu? Sae nopo awon? Dateng program panjenengan wonten setunggal rumah setunggal sarjana . Wonten sekitar 50 ewu rumah ing Kota Blitar, pripun panjenengan merealisasikan program niku? Maturnuwun
(Bagaimana kabarnya pak Bambang - Pak Bayu? Baik atau buruk?. Dalam program anda salah satunya itu 1 rumah 1 sarjana. Saat ini ada sekitar 50 rumah di Kota Blitar, bagaimana anda merealisasikan program tersebut? Terimakasih)
Paslon nomor 2 Ibbin-Elim dan Paslon 1 Bambang-Bayu/Foto: Tangkapan Layar (Video KPU Kota Blitar) ![]() |
Paslon 1, Bambang:
Nggeh maturnuwun mbak elim. Mangke kulo aturaken visi misi Paslon 1. Meniko untuk merealisasikan program niku, kito sareng sareng kedah wonten keseriusan poro orangtuo damel anak - anak. Dumugi anak - anak didik ingkang berpotensi, berpendidikan tinggi.
(Terima kasih mbak elim. Saya sampaikan visi misi kita, Paslon 01. Jadi untuk merealisasikan program ini kita butuh keseriusan pra orang tua untuk keberlanjutan anak - anaknya. Sehingga anak - anak yang berpotensi memiliki pendidikan tinggi)
Ketua KPU Kota Blitar, Rangga Bisma Aditya mengaku penggunaan bahasa Jawa itu saat debat dengan tujuan untuk melestarikan budaya. Khususnya budaya tutur yang digunakan warga Kota Blitar. Selain itu, untuk mewujudkan keberagaman budaya.
Rangga mengatakan debat dengan bahasa Jawa dimungkinkan baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jawa Timur. Namun, KPU Kota Blitar telah melaksanakan debat dengan bahasa Jawa kedua kalinya.
"Kalau untuk di Jatim, mungkin baru kita saja. Tapi KPU Kota Blitar sudah dua kali ini, dulu saat Pilwali Kota Blitar 2019 kita juga terapkan debat dengan bahasa Jawa. Yang jelas tujuannya untuk melestarikan budaya warga Kota Blitar," tandasnya.
(abq/fat)