Beberapa pelaksanaan Debat Pilkada 2024 di sejumlah daerah di Indonesia terjadi masalah, termasuk di Jawa Timur. Debat yang bermasalah itu bahkan sempat viral karena ditonton masyarakat.
Menurut Pengamat Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Radius Setiyawan, ada beberapa faktor yang membuat calon kepala daerah melakukan kesalahan-kesalahan dalam debat publik.
"Saya rasa ada persoalan dengan kualitas calon kepala daerah. Beberapa minggu ini kita disuguhi tayangan video yang viral banyak kepala daerah diolok-olok di sosmed karena persoalan perilaku debat, kesalahan diksi, atau hal-hal lain riuh di jagad raya," kata Radius, Rabu (6/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut ada 2 faktor yang melatarbelakangi masalah debat. Pertama, soal kegagalan partai dalam melakukan seleksi dan kaderisasi untuk menciptakan calon kepala daerah berkualitas secara intelektual.
"Sehingga beberapa gagasan atau ide yang ditawarkan cenderung tidak masuk akal dan cenderung menjadi bahan bully netizen," ujarnya.
Kedua, terkait kegagapan memahami persoalan di masyarakat. Oleh karena itu, apa yang disampaikan menjadi tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Baginya, memahami persoalan di masyarakat membutuhkan perspektif serta pengalaman. Bila calon kepala daerah tidak memiliki keduanya, maka gagasan yang disampaikan cenderung kosong dan berjarak dengan kebutuhan masyarakat.
Pada konteks tayangan debat viral di sosial media diibaratkan seperti dua mata pisau. Di mana satu sisi membantu mampu membangun citra personal dan membangun masyarakat, sisi lainnya adalah kebalikannya.
"Tapi kalau dilakukan serampangan atau tidak terukur maka viralitas mampu menurunkan elektabilitas. Viralitas di medsos kerap memantik sebuah perdebatan, ruang digital menjadi keruh buzzer akan mudah menyerang apa yang sedang terjadi," jelasnya.
Radius berharap, debat selanjutnya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa Timur tidak hanya dimanfaatkan sebagai ajang pamer jargon atau visi misi. Melainkan sebagai sarana menyalurkan gagasan yang berisi dan efektif.
"Banyak citra diri dibangun di ruang tersebut, tetapi bisa menjadi alat bunuh diri kalau tidak cerdas memanfaatkannya," pungkasnya.
(dpe/fat)