Debat Pilgub segmen kedua pertanyaan ketiga, paslon Pilgub Jatim 2024 nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim berkesempatan mengambil pertanyaan. Mereka mendapat pertanyaan soal penanganan penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (KJSU).
Selama ini Jatim menduduki peringkat keenam tertinggi di Indonesia dalam hal penyakit kanker, jantung, dan stroke. Sedangkan dalam hal uronoefrologi Jatim berada di peringkat ke-15 secara nasional.
Paslon nomor urut 1 Luluk mengupayakan pencegahan dengan pola hidup sehat, menjaga kesehatan, serta pencegahan sejak dini. Selanjutnya, dia mengutamakan kemudahan screening sejak awal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian paslon nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa menyebutkan selama dia dan Emil menjabat gubernur dan wakil gubernur selama 5 tahun terakhir, Pemprov Jatim sudah mengirimkan perawat ke semua desa di seluruh Jatim. Khofifah menjabarkan detail program yang telah dilakukan.
Sementara paslon nomor urut 3 Tri Rismaharini, hal pertama yang dia akan lakukan ialah mengupayakan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh daerah di Jatim. Seperti yang juga sudah dia janjikan saat kampanye, dia juga akan memastikan akses kesehatan gratis di Jatim.
Pengamat Kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dr Gina Noor Djalilah SpA menanggapi soal penanganan penyakit kronis degeneratif yang dipaparkan dalam debat.
"Penyakit degeneratif terkait penyakit kronis, bukan kronis yang penanganannya cepat tapi penyakit yang harus ditangani dalam jangka panjang dan tidak sedikit biaya pemeliharaannya," kata dr Gina saat dihubungi detikJatim, Sabtu (19/10/2024).
Terkait penyakit degeneratif, dr Gina mencontohkan penyakit jantung, jika belum ada kelainan anatomis yang mengganggu seperti belum ada sumbatan di pembuluh darah jantung koroner, maka masih ada penanganan obat-obatan saja.
Tetapi jika jantung sudah mengalami gangguan maka harus dipasang ring dengan cara operasi. Penanganannya pun tidak menggunakan dana minimal, melainkan dana maksimal untuk operasi.
Penyakit stroke juga sama, bila terdapat penyumbatan di pembuluh darah otak hingga pendarahan dan datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi akut bisa ditangani dengan cepat. Tetapi, pengobatan stroke maintenance jangka panjang.
"Sedangkan kanker sendiri pengobatannya nggak sebentar dan tergantung pasien datang dalam kondisi keparahan apa. Kemoterapi, radioterapi juga dana yang dikeluarkan sagat panjang," jelasnya.
"Ini memang harus ada alokasi tertentu, kalau pun penyakit itu harus ada di RS pusat besar dengan faskes cukup, CT Scan, MRI, untuk stroke, jantung ada peralatan angiografi, kateterisasi untuk melihat separah apa. Penyakit kanker ada fasilitas yang bisa mengontrol full, obat kemoterapi kan nggak ada di RS-RS terpencil, terpusat dan terfokus karena obat keras untuk membunuh sel kanker," tambahnya.
Sebenarnya, lanjut dr Gina, terdapat strategi bagaimana bisa menangani penyakit tersebut dalam jangka waktu panjang. Karena penanganannya yang tidak sebentar.
"Yang harus diperhatikan bagaimana derajat keparahannya, efektifitas pengobatan seperti apa dan ada seleksi dalam jangka panjang pengobatan bagaimana strategi. Covering asuransi yang diatur pemerintah pusat yang harus dipikirkan, supaya bisa menyeluruh. Misalnya pasien kanker bisa tercover semua kemo sampai tuntas fase kemoterapi awal, tidak separuh-separuh. Kalau separuh-separuh otomatis pengobatan kanker nggak maksimal. Pun penyakit jantung dan penyakit stroke," pungkasnya.
(dpe/iwd)