Calon bupati (cabup) Malang Gunawan HS resmi dipecat PDI Perjuangan karena dianggap membangkang dari kebijakan dan kode etik partai. Gunawan pun buka suara soal pemecatan dirinya.
Hal ini ibarat fenomena puncak gunung es yang kemudian menggelinding bak bola panas. Selama satu dasawarsa berseragam merah, akhirnya Gunawan dianggap sebagai pembangkang yang tak patuh kepada PDIP.
Pemecatan Gunawan ini tertulis dalam Surat Keputusan bernomor 1610/KPTS/DPP/X/2024 tertanggal 1 Oktober yang ditandatangani oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Namun, Gunawan mengakui, nasi sudah menjadi bubur, surat keputusan yang sudah diterima Gunawan harus disikapi bijaksana.
Terlepas dari terbitnya surat itu, Abah Gun, sapaan akrab Gunawan mengaku sebenarnya sudah sangat siap dengan segala konsekuensi ketika dirinya membulatkan tekad bertarung dalam kontestasi Pilbup Malang, dengan atau tanpa PDIP.
Ia bercerita, beberapa orang yang dulu seakan ada di depan dan di belakangnya, justru berbalik merangkai serangan yang dilancarkan kepadanya. Tak menaruh dendam, Abah Gun mengaku hanya sedikit kecewa dengan sikap oportunis pragmatis seperti itu.
"Saya menghormati apa yang sudah menjadi keputusan Ibu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Saya hanya gak habis pikir dengan sikap Didik Gatot Subroto dan Darmadi selaku Ketua dan Sekretaris DPC, karena kalau cerita mau dibuat flashback mereka berdua lah yang dari awal mendorong saya maju sebagai calon bupati, namun di detik akhir dari mereka berdua juga cerita diputar balik ke DPP seolah saya adalah kader pembangkang yang mengesankan saya haus kekuasaan," sesal Abah Gun, Minggu (6/10/2024).
"Entah apa yang ada dalam pikiran Didik juga Darmadi, tiba-tiba pada satu kesempatan mereka mendatangi beberapa petinggi DPP, di hadapan petinggi DPP tersebut mereka berdua berusaha meyakinkan dan meminta supaya di Kabupaten Malang, PDI Perjuangan menyiapkan satu bakal calon alternatif sebagai bakal calon Bupati Malang, mengingat menurut mereka ada indikasi loyalitas Sanusi terhadap PDI Perjuangan diragukan. Sehingga, seandainya Sanusi meninggalkan PDI Perjuangan, PDI Perjuangan tidak repot cari calon pengganti, lalu di hadapan petinggi DPP tersebut nama saya disodorkan," imbuhnya.
Sejak jauh-jauh hari, Abah Gun menyebut, otak-atik namanya untuk dijadikan sebagai 'cadangan' calon Bupati Malang dari PDI Perjuangan, justru tidak diketahui olehnya. Kabar tersebut baru diterima Abah Gun dari putra sulungnya, Vebry Wirantha.
"Jauh sebelum DPC membuka penjaringan bakal calon, suatu malam itu Didik melakukan panggilan video kepada Vebry, anak saya. Saat itu Didik tidak sendiri, dia ditemani Darmadi dan ternyata posisi mereka ada di Jakarta, menemui petinggi DPP. Nah, di hadapan petinggi DPP itu Didik dan Darmadi meyakinkan dan meminta Vebry untuk menyampaikan kepada saya agar berkenan ikut mendaftar sebagai bakal calon Bupati dari PDI Perjuangan," jelas Abah Gun.
Tanpa berlama-lama, pesan yang disampaikan Didik dan Darmadi kepada Vebry itu akhirnya sampai ke Abah Gun. Yang mengejutkan, ketika Vebry menyampaikan pesan Didik dan Darmadi kepada sang ayahanda, justru ditolak mentah-mentah. Abah Gun enggan menjadi lawan dari sahabatnya sendiri untuk memperebutkan jabatan.
"Saya katakan kepada anak saya, saya menolak. Saya sampaikan 'janganlah, ayah tidak mau berbenturan dengan sahabat ayah yang sudah sejak muda ayah berteman'. Penolakan saya masih berlanjut, bahkan sampai suatu ketika saya diundang oleh Darmadi ke ruang kerjannya di Kantor DPRD Kepanjen. Saat saya datang di ruangan itu sudah ada tiga orang, anak saya, seorang kawan dari DPC dan Darmadi sendiri. Kami berempat mengobrol, Darmadi terus meyakinkan saya supaya mendaftar sebagai calon Bupati," tuturnya.
Pertemuan di ruang kerja Darmadi itu sebenarnya sedikit membawa titik terang. Setelah Darmadi meminta Vebry menghubungi seorang elite di DPP PDI Perjuangan melalui sambungan telepon, menyarankan agar Abah Gun bukan dijadikan sebagai alternatif bakal Calon Bupati, tetapi maju sebagai bakal calon Wakil Bupati mendampingi Sanusi.
"Beliau meminta sambungan telepon di-loudspeaker supaya saran dan masukan dari beliau dapat kami dengar berempat, dalam sambungan telepon itu justru beliau meminta kami, khususnya saya mempertimbangkan hubungan emosional dengan Sanusi. Bahkan kalaupun mental saya siap, beliau justru menyarankan saya maju sebagai Wabup saja, mendampingi Sanusi, mengingat saat itu kehendak Ibu Ketua Umum khusus Kabupaten Malang yang ideal adalah Calon Bupati PDI Perjuangan menggandeng kader sendiri," ungkapnya, yang kemudian skenario tersebut gagal terlaksana.
Kondisi Abah Gun sebetulnya belum sepenuhnya pulih saat maju dalam Pilbup Malang. Ibarat perang, Abah Gun masih menderita luka yang hebat akibat pertarungan dalam Pileg beberapa waktu lalu.
"Awal saya tidak ada niat mencalonkan diri sebagai Bupati, bahkan pada saat Pemilu Februari kemarin saya masih mengkampanyekan Sanusi sebagai Bupati, dapat dibilang tidak ada hari yang terlewatkan saya tidak mengkampanyekan Sanusi sebagai Bupati. Setiap saya baksos ke daerah bencana dengan bagi-bagi sembako, stiker bergambar saya dan Sanusi selalu ada berdampingan. Sampai segitunya," beber pria kelahiran Malang 24 November 1960 ini.
Berita selengkapnya, di halaman selanjutnya!
Simak Video "Video: Momen Eri Cahyadi Nyoblos Diantar Iringan Hadrah"
(irb/hil)