Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Ponorogo sempat berjaya dengan sentra batik pada 1960-an hingga 1980-an. Sayangnya, kejayaan itu terus meredup seiring waktu berjalan.
Cawabup nomor urut 1, Segoro Luhur Kusumo Daru punya rencana bila nanti dirinya terpilih jadi Wakil Bupati Ponorogo. Dia akan melakukan regenerasi untuk meningkatkan minat anak muda terhadap batik dengan cara memasukkan pelajaran membatik ke kurikulum atau dengan ekstrakurikuler batik.
"Untuk anak sekolah, bisa ditambah kurikulum di bidang kesenian, ekstrakurikuler batik, reog. Ke depan bagaimana reog dan batik bisa terus lestari," kata Luhur kepada detikJatim, Rabu (2/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhur menambahkan selain untuk anak sekolah, pihaknya juga mendorong perajin batik untuk mengikuti pameran atau event agar batik Ponorogo semakin moncer. Juga batik bisa menambah nilai ekonomi.
"Harapannya tentu sebagai generasi muda pasti bangga dengan warisan budaya (batik), tentu kami ingin bagaimana anak muda bisa melestarikan dan juga ikut ada regenerasi di bidang perajin batik," tandas Luhur.
Luhur yang juga sebagai Kader Gerindra itu menambahkan waktu kepemimpinan Ipong di tahun 2015-2020. Ipong pernah mewajibkan anak sekolah maupun PNS dan ASN untuk menggunakan batik khas Ponorogo.
"Mewajibkan menggunakan batik khas Ponorogo oleh pak Ipong itu sebagai bentuk pelestarian," tandas Luhur.
Tak lupa Luhur juga sempat belajar membatik dengan menggunakan canting yang diisi cairan malam.
"Dulu saya pernah membatik juga waktu tugas sekolah," ungkap Luhur.
Baca juga: Batik Saji Pacitan Tembus Pasar Eropa |
Sementara, perajin batik, Dian Fajariono pun berharap batik tulis khas Ponorogo bisa berjaya kembali seperti di tahun 1960 hingga 1980 an. Ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui batik.
"Jaman pak Ipong ada sentra industri batik, reog dan ganongan. Saya salah satunya yang mengisi disana. Perhatian pemerintah bagus, karena sejak tahun 2018 sampai sekarang masih ada sentranya," papar Nano.
Pria 56 tahun itu pun berharap ada regenerasi perajin batik. Lantaran, saat ini minat generasi muda soal batik mulai menurun.
"Kita harus fokus ke regenerasi dulu, kalau tenaganya sudah banyak. Pasti masyarakat mengenal batik dengan cepat," pungkas Nano.
(dpe/iwd)