Aktivitas produksi di Kampung Kue Rungkut, Surabaya berlangsung seperti biasa pada Kamis (27/11/2025). Jalanan terlihat lenggang setelah diserbu para pembeli. Produksi dilakukan secara konsisten di awal hari demi memenuhi alur distribusi.
Berbagai jenis kue diproduksi, mulai dari wingko, kue lumpur, roti kukus, hingga jajanan lain yang tampak beragam. Jumlah perajin yang terlibat cukup banyak. Hampir seluruh ibu-ibu di kampung itu ikut serta.
"Jadi bukan satu orang yang bikin, banyak yang nitip ke lapak. Kami mulai dari tengah malam, karena jam 3 subuh sudah harus prepare. Sekitar jam empat pagi tengkulak dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik mulai berdatangan mengambil pesanan," ujar salah satu produsen, Mira.
Menurutnya, aktivitas pengambilan kue itu harus dilakukan dengan begitu cepat karena sebagian besar tengkulak itu harus menjual kue sebelum pukul 06.00 WIB.
Soal variasi produk antar-penjual, kebanyakan hampir sama. Hanya beberapa yang berbeda karena beda penyuplai. Paguyuban lokal turut berperan memastikan jalannya pelatihan rutin melalui sponsor seperti produsen tepung dan minyak.
Pada momen tertentu seperti Megengan, Mauludan, dan 2 minggu sebelum Ramadan adalah momen ketika Kampung Kue Surabaya dibanjir pesanan. Volume produksi tiba-tiba melonjak drastis.
"Jenis apem saja bisa 2.000 pcs sehari. Namun, ada saatnya kue yang tersisa pada hari sebelumnya akan memengaruhi modal harian. Karena modal untuk besoknya otomatis terpotong," kata Ica, warga lain yang turut sibuk ketika Kampung Kue mulai bergeliat setiap harinya.
Bagi sebagian warga, pekerjaan ini justru menjadi pelengkap di masa pensiun. Kuncari, misalnya, dia mengaku dulu merupakan seorang guru. Di tengah pengabdiannya selama puluhan tahun sebagai pendidik dia memang kerap membuat kue hingga ketika pensiun di menggeluti dunia perkulineran ini.
"Saya dulu guru 40 tahun, memang hobi bikin kue. Sehari 300 pcs, empat macam. Sudah terbiasa, jadi bulatannya sama tanpa ditimbang," ujar Kuncari, salah satu produsen.
Kue di kampung ini seringkali sudah habis sekitar pukul 09.00 karena pembeli ramai pada pukul 06.00 WIB-07.30 WIB, terutama pegawai dan orang tua yang mengantar anak sekolah. Tidak jarang mahasiswa KKN melakukan peliputan hingga wawancara di kampung tersebut.
Meski jarang yang tahu hari ini sebagai Hari Kue Sedunia, para pelaku kue menyebut rutinitas ini sudah mereka jalani dengan cinta selama bertahun-tahun. Momentum yang menjadi penghargaan atas upaya bekerja sejak subuh para pembuat kue dalam menjaga tradisi kuliner rumahan tetap hidup di Rungkut.
Simak Video "Video: Bikin Rambut Nenek, Camilan Tradisional yang Masih Eksis!"
(dpe/hil)