Hati-hati, Ini 9 Risiko Jika Sering Makan Jeroan

Hati-hati, Ini 9 Risiko Jika Sering Makan Jeroan

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Minggu, 16 Jun 2024 10:39 WIB
5 Manfaat Makan Jeroan yang Heboh Diklaim Jadi Menu Diet Sehat
Ilustrasi jeroan. Foto: Getty Images/iStockphoto/deepblue4you
Surabaya -

Jeroan merupakan istilah untuk berbagai organ dalam hewan yang bisa diolah menjadi berbagai macam makanan. Organ dalam yang termasuk dalam jeroan, antara lain hati, ampela, limpa, jantung, paru, lidah, usus, babat, dan otak.

Memang benar banyak sekali masakan dengan bahan jeroan yang sangat lezat untuk dinikmati. Namun, di balik kelezatan hidangan jeroan, terdapat beberapa risiko dan dampak buruk untuk kesehatan.

Risiko jeroan bagi tubuh dapat semakin parah jika mengonsumsinya terlalu banyak. Dampaknya bisa saja muncul sesaat setelah memakan jeroan, atau bisa saja muncul setelah beberapa bulan hingga beberapa tahun setelahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Risiko Terlalu Banyak Makan Jeroan

Sebenarnya jeroan tak hanya membawa dampak buruk bagi tubuh. Jika dikonsumsi dalam jumlah yang normal, terdapat banyak nutrisi dari jeroan yang bisa diserap o eh tubuh, tergantung jeroan apa yang dikonsumsi. Umumnya hampir semua jeroan memiliki protein yang tinggi.

Banyak pula jenis vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk tubuh dari jeroan. Misalnya vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium, kalium, zat besi, dan fosfor. Kandungan tersebut sangat penting bagi tubuh manusia.

ADVERTISEMENT

Namun kembali perlu diingat, manfaat jeroan dapat dirasakan jika tidak terlalu sering mengonsumsinya. Jika terlalu banyak, dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Apa saja risiko saat mengonsumsi jeroan terlalu banyak? Berikut ulasannya.

1. Sakit Kepala

Pernahkah merasa pusing setelah banyak makan jeroan? Hal ini ternyata dipicu tingginya kadar tiramin dalam jeroan, sehingga risiko sakit kepala dan migrain dapat meningkat.

Kadar tiramin merupakan hasil pemecahan asam amino berjenis tirosin. Jika terlalu tinggi, kandungan ini akan memicu produksi hormon epinefrin di dalam tubuh. Hormon epinefrin inilah yang akan menimbulkan rasa sakit kepala dan migrain setelah makan jeroan.

Sebenarnya tubuh memiliki enzim monoamin oksidasi untuk menghancurkan tiramin sebelum memicu produksi hormon epinefrin. Namun, tak semua orang memiliki enzim tersebut dalam jumlah yang cukup.

2. Kerusakan Organ Hati

Jeroan memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi. Misalnya saja dalam 100 gram paru dan hati sapi, masing-masing memiliki kandungan vitamin A sebanyak 2.800 mikrogram dan 1.200 mikrogram. Sementara batas aman per hari vitamin A bagi tubuh manusia adalah 10 ribu mikrogram.

Jika terlalu banyak mengonsumsi jeroan, maka penumpukan vitamin A akan terjadi di dalam tubuh. Bukannya membawa manfaat, hal ini akan meningkatkan risiko mual, muntah, diare, sakit kepala, bahkan rusaknya organ hati hingga pengeroposan pada tulang.

3. Asam Urat

Penyakit asam urat mengintai para pencinta jeroan. Risiko penyakit ini disebabkan jeroan yang memiliki kandungan purin yang tinggi. Jeroan tinggi purin antara lain ginjal, pankreas, hati. babat, otak, dan lidah.

Purin berperan penting dalam munculnya asam urat. Sebab, semakin banyak purin yang masuk ke dalam tubuh lewat makan jeroan, tubuh akan makin banyak memproduksi kadar asam urat.

Tingginya kadar asam urat akan membentuk kristal padat pada sendi yang lama kelamaan menimbulkan peradangan dan rasa nyeri. Itulah alasan kenapa penderita asam urat disarankan menghindari jeroan.

4. Stroke

Jeroan mengandung lemak jenuh yang bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL (low-density lipoprotein) pada tubuh. Kadar LDL akan membentuk plak di pembuluh darah arteri jika terlalu tinggi.

Plak tersebut lama-kelamaan akan menyumbat pembuluh darah dan mengganggu pasokan darah ke otak. Saat kondisinya sudah parah, hal ini akan memicu stroke.

5. Serangan Jantung

Kadar kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi dalam kebanyakan jeroan akan membentuk plak-plak pada pembuluh darah dan arteri. Meskipun sebenarnya tubuh membutuhkan lemak, namun jumlahnya juga harus tetap diperhatikan. Jika berlebihan, maka bukan tak mungkin akan terakumulasi dan menyebabkan serangan jantung.

6. Gagal Jantung

Plak yang terbentuk di pembuluh darah dan arteri akibat terlalu banyak mengonsumsi jeroan juga dapat memicu gagal fungsi jantung. Saat penumpukan plak terjadi, jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Konsekuensinya, otot jantung akan melebar agar dapat memompa lebih kuat. Karena terlalu dipacu, otot jantung menjadi lemah dan tidak mampu lagi memompa darah.

7. Cacingan

Cacingan dapat terjadi saat seseorang mengonsumsi jeroan hewan yang terinfeksi parasit cacing. Parasit ini akan masuk ke dalam tubuh saat mengolahnya dengan tidak benar dan kurang matang. Gejala seseorang terinfeksi parasit ini adalah mual, muntah, lemas, demam, sakit kepala, diare, nyeri otot, dan bengkak di wajah dan sekitar mata.

8. Demensia Vaskular

Demensia merupakan penyakit yang ditandai dengan menurunnya fungsi otak untuk melakukan hal-hal dasar seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan berkomunikasi. Risiko ini bisa dialami seseorang yang memiliki kebiasaan memakan jeroan dalam jangka waktu lama.

Demensia vaskular sendiri spesifik dipicu gangguan aliran darah ke otak yang mengakibatkan kerusakan sel otak. Biasanya kondisi ini akan terjadi pada seseorang yang baru mengalami stroke.

9. Bayi Lahir Cacat

Selain memicu kerusakan hati dan pengeroposan tulang, kandungan vitamin A yang berlebihan dalam tubuh jika terlalu banyak mengonsumsi jeroan harus diwaspadai ibu hamil. Pasalnya, hal tersebut juga dapat membahayakan kandungan dan bisa membuat bayi terlahir cacat.

Untuk para ibu hamil, sebaiknya hindari dulu kebiasaan mengonsumsi jeroan. Sehingga bayi akan lahir sehat dan ibu juga selamat.

Itulah beberapa risiko penyakit yang dapat terjadi jika terlalu banyak mengonsumsi jeroan. Jika tubuh masih dalam kondisi sehat, usahakan tidak mengonsumsi jeroan lebih dari sekali dalam seminggu.

Ada beberapa alternatif pengganti jeroan seperti ikan, daging sapi dan ayam, serta daging-daging lainnya yang tak mengandung banyak lemak. Terapkan juga pola makan dengan gizi seimbang dengan rutin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung banyak serat.

Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads