Idul Adha Sebentar Lagi, Simak Dulu Mitos dan Fakta soal Daging Kambing

Idul Adha Sebentar Lagi, Simak Dulu Mitos dan Fakta soal Daging Kambing

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Jumat, 14 Jun 2024 10:00 WIB
Benarkah Konsumsi Daging Kambing Kurang Menyehatkan? Ini Penjelasan dr. Tirta
Ilustrasi daging kambing. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Vladimir Mironov)
Surabaya -

Sajian kuliner berbahan dasar daging sapi dan kambing akan mewarnai perayaan Idul Adha. Namun, di balik kelezatannya, sering beredar berbagai mitos seputar daging kambing yang perlu diluruskan.

Mitos ini tidak jarang membuat sebagian orang ragu mengonsumsi, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Padahal, tradisi berbagi kurban tidak hanya membawa kebahagiaan bagi yang menerima, tetapi juga menjadi momen istimewa untuk menikmati hidangan lezat berbahan dasar daging kambing bersama teman ataupun keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daging kambing juga merupakan sumber protein hewani yang mudah dijumpai. Selain kaya protein, daging kambing juga mengandung berbagai nutrisi penting bagi tubuh, seperti zat besi, zinc, dan lain-lain.

Mitos dan Fakta Daging Kambing

Berikut sejumlah mitos dan fakta mengenai daging kambing yang sering kali dibicarakan.

ADVERTISEMENT

1. Memicu Darah Tinggi atau Hipertensi

Ardy Brian Lizuardi, seorang Master of Science in Nutrition and Health dari Wageningen University, Belanda, menyatakan bahwa daging kambing sebenarnya tidak menyebabkan darah tinggi. Menurutnya, daging kambing tidak berbeda dengan jenis daging lain.

Ardy menjelaskan mitos ini mungkin berasal dari cara memasak daging kambing yang sering kali melibatkan banyak garam dan santan kental. Contohnya, dalam masakan seperti tongseng atau gulai, bahan tambahan ini yang sebenarnya berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah.

Mendukung pernyataan ini, Amanda Tiksnadi seorang dokter spesialis saraf yang fokus pada kasus stroke, juga mengatakan bahwa tidak hanya daging kambing yang perlu diperhatikan dalam konteks hipertensi.

Ia menegaskan bahwa bumbu masakan, terutama garam, juga bisa menjadi penyebab stroke yang sering tidak disadari banyak orang.

Amanda menjelaskan, tingginya kadar natrium dalam garam menyebabkan retensi air dalam tubuh yang membuat volume pembuluh darah penuh terisi cairan sehingga tekanan darah meningkat.

Secara keseluruhan, masalah hipertensi lebih disebabkan oleh cara pengolahan makanan, terutama penggunaan garam yang berlebihan, daripada jenis daging yang dikonsumsi.

2. Tidak Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil

Daging kambing sering kali dianggap tidak baik untuk ibu hamil karena dianggap bersifat panas. Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa mitos ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar.

Sebaliknya, daging kambing mengandung nutrisi yang sangat bermanfaat bagi ibu hamil. Kandungan tinggi zat besi dalam daging kambing membantu dalam pembentukan hemoglobin dan mencegah anemia selama kehamilan.

Selain itu, protein, vitamin B kompleks, serta mineral seperti seng dan selenium yang terdapat dalam daging kambing juga penting untuk perkembangan janin.

Namun, penting untuk mengonsumsi daging kambing secara sewajarnya. Konsumsi berlebihan bisa meningkatkan suhu tubuh dan meningkatkan risiko keguguran. Oleh karena itu, disarankan bagi ibu hamil untuk membatasi jumlah konsumsi daging kambing sesuai dengan kebutuhan nutrisi mereka.

Kesimpulannya, daging kambing sebenarnya bermanfaat bagi ibu hamil karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Namun, pembatasan jumlah konsumsi yang tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.

Jadi, ibu hamil sebaiknya tetap menikmati daging kambing dalam porsi yang sehat dan sesuai dengan anjuran dokter.

3. Meningkatkan Gairah Seksual Pria

Daging kambing dan beberapa bagian dari jeroannya, seperti torpedo dan empedu, telah lama diyakini dapat meningkatkan vitalitas dan keperkasaan pria, termasuk meningkatkan libido.

Menurut seksolog Zoya Amirin, kepercayaan ini tidak sepenuhnya benar dari sudut pandang klinis. Konsumsi daging kambing atau jeroannya tidak langsung merangsang pria secara seksual.

Zoya menjelaskan bahwa efek panas yang dihasilkan dari konsumsi daging kambing adalah yang sering disalahartikan sebagai peningkatan gairah seksual.

Pasalnya, daging merah seperti daging kambing mengandung arginin, zat yang dapat meningkatkan aliran darah dan menyebabkan efek panas dalam tubuh. Namun, arginin juga ditemukan dalam daging ayam dan kacang-kacangan.

Alih-alih torpedo kambing, Zoya justru menyarankan makanan lain yang lebih efektif dalam merangsang hasrat seksual, seperti rempah-rempah (cengkeh dan buah pala) dan tiram.

Tiram kaya akan zinc yang dikenal memiliki manfaat positif bagi kesehatan reproduksi pria, termasuk melindungi sperma dari bakteri dan meningkatkan kualitas sperma.

4. Kandungan Gizi Daging Kambing

Dalam daging kambing, terdapat kandungan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi, babi, domba, dan ayam dalam porsi yang sama. Selain itu, daging kambing juga mengandung kadar kalium yang tinggi namun kadar natrium yang rendah jika dibandingkan dengan jenis daging lainnya.

Secara nutrisi, daging kambing justru memiliki lemak yang lebih sedikit dan kalori yang lebih rendah daripada daging sapi atau ayam dalam porsi yang setara.

Misalnya, tiga ons daging kambing mengandung hanya 2,6 gram lemak dan 122 kalori, sementara tiga ons daging sapi mengandung 7,9 gram lemak dan 179 kalori, serta tiga ons daging ayam mengandung 6,3 gram lemak dan 162 kalori.

Tidak hanya itu, daging kambing juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, hampir sebanding dengan daging sapi, yaitu sekitar 23 gram per porsi. Sementara kandungan kolesterol dalam tiga ons daging kambing sekitar 63,8 miligram, lebih rendah dari tiga ons daging ayam, yaitu sekitar 76 miligram.

Namun, meskipun mengandung berbagai nutrisi bermanfaat, penting untuk tetap membatasi konsumsi daging kambing saat Idul Adha untuk menjaga keseimbangan asupan gizi dan kolesterol.

5. Tidak Boleh Dicuci

Biasanya, sebelum dimasak, daging akan dicuci bersih terlebih dahulu. Namun, hal ini tidak berlaku untuk daging kambing.

Mencuci daging kambing justru dapat memperkuat bau amis dan meningkatkan risiko daging menjadi semakin alot. Oleh karena itu, setelah menghilangkan lapisan lemak, sebaiknya daging kambing langsung dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu.

Dengan demikian, meskipun berbagai mitos mengelilingi daging kambing, penting untuk diingat bahwa manfaat gizinya yang tinggi seperti kandungan protein dan zat besi membuatnya layak dinikmati.

Namun, perlu diingat untuk tetap menjaga porsi saat mengonsumsi daging kambing, karena bagaimana pun sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Selamat merayakan Idul Adha, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Albert Benjamin Febrian Purba, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads