Kue Keranjang Khas Imlek: Sejarah, Makna hingga Jenisnya

Kue Keranjang Khas Imlek: Sejarah, Makna hingga Jenisnya

Irma Budiarti - detikJatim
Jumat, 09 Feb 2024 13:24 WIB
Kue Keranjang Makanan Cap Go Meh
Ilustrasi Kue Keranjang Khas Imlek. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ika Rahma
Surabaya -

Kue keranjang menjadi makanan khas Imlek yang tak pernah absen dalam perayaan tahun baru China. Kue keranjang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan dodol China.

Dalam bahasa Mandarin, kue keranjang adalah nian gao atau niangao yang yang artinya kue tahun. Kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini memiliki makna membawa keberuntungan.

Kue keranjang biasanya dijadikan makanan penutup dalam acara tahun baru Imlek. Lantas, bagaimana sejarah kue keranjang hingga menjadi hidangan populer saat Imlek ya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Kue Keranjang?

Melansir laman China Highlights, Nian gao pengucapannya sama seperti gao yang berarti tinggi. Pengucapan niangao terdengar seperti 'tahun tinggi'.

Dalam kepercayaan orang Tionghoa, nian gao melambangkan pendapatan dan kedudukan yang lebih tinggi, anak-anak tumbuh dengan baik, dan dipercaya sepanjang tahun menjadi lebih baik.

ADVERTISEMENT

Karena alasan itulah, memakan nian gao atau kue keranjang saat Imlek dianggap membawa keberuntungan. Seperti makna pengucapannya, kue keranjang dipercaya membuat kehidupan lebih tinggi atau mengarah kepada kebaikan.

Sejarah Kue Keranjang

Terdapat dua legenda tentang asal-usul kue keranjang. Pertama, legenda Dewa Dapur. Di mana, kue ketan manis ini sengaja dibuat sebagai persembahan kepada Dewa Dapur yang diyakini bersemayam di setiap rumah.

Menurut cerita rakyat China, setelah sepanjang tahun berada di rumah warga, Dewa Dapur akan membuat laporan kepada Kaisar Langit setiap akhir tahun. Orang-orang khawatir Dewa Dapur melaporkan hal buruk kepada Kaisar Langit.

Sehingga untuk menutup mulut Dewa Dapur, orang-orang memberikan kue keranjang agar Dewa Dapur tidak menjelek-jelekkan rumah warga. Sehingga kue keranjang selalu dipersembahkan sebelum tahun baru Imlek.

Kue keranjang digunakan sebagai sesaji pada persembahyangan leluhur selama pada tujuh hari jelang tahun baru Imlek. Dan, tradisi kue keranjang tersebut dilakukan hingga hari ini.

Sejarah kue keranjang kedua berasal dari legenda batu bata fondasi. Sekitar 2.500 tahun lalu, setelah kematian Wu Zixu, seorang jenderal dan politikus kerajaan Wu bernam Raja Yue Goujian menyerang ibu kota Wu pada musim semi dan musim gugur.

Tentara dan warga Wu pun terjebak di kota tanpa makanan, sehingga banyak orang mati kelaparan. Seseorang kemudian mengingat pesan Wu Zixu, "Jika negara sedang dalam kesulitan dan rakyat membutuhkan makanan, pergilah dan gali tiga kaki di bawah tembok kota dan dapatkan makanan,".

Para prajurit lalu menjalankan pesan Wu Zixu tersebut. Mereka pun menemukan fondasi tembok itu dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan yang bisa dimakan.

Makanan inilah yang menyelamatkan rakyat dari kelaparan. Batu bata ini dianggap sebagai niangao asli. Sejak saat itu, orang-orang membuat niangao setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu.

Dan, seiring berjalannya waktu, niangao atau kue keranjang tak pernah terlepas dari perayaan Imlek. Masyarakat Tionghoa selalu menyajikan kue keranjang sebagai makanan khas Imlek hingga sekarang.

Makna Kue Keranjang

Dikutip dari situs Sastra Cina Universitas Brawijaya, kue keranjang bulat tak berujung melambangkan terikat tanpa batas. Sehingga bermakna keluarga yang merayakan Imlek selalu rukun dan bersama sepanjang tahun.

Membagikan kue keranjang saat Imlek melambangkan rezeki dan kemakmuran. Kue keranjang diharapkan membawa berkah dan kemakmuran untuk si pemberi maupun penerimanya. Juga sebagai simbol saling menolong.

Sementara teksturnya yang lembut dan kenyal menggambarkan keuletan, kegigihan, dan daya juang tinggi. Tekstur ini bermakna persaudaraan semakin erat dan menyatu setahun ke depan.

Kue keranjang yang bertahan lama bermakna hubungan yang awet dan berkualitas. Rasa manisnya bermakna sukacita atau kegembiraan dalam hidup. Dan, susunannya yang bertingkat dan mengerucut memiliki makna rezeki dan kemakmuran semakin meningkat.

Terakhir, proses pembuatannya yang memakan waktu lama bermakna sabar, kegigihan, keuletan, daya juang, keteguhan hati dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Sehingga mendapatkan hasil maksimal dan terbaik.

Jenis-jenis Kue Keranjang

Ada beberapa jenis-jenis kue keranjang berdasarkan tempat pembuatannya. Berikut empat jenis kue keranjang.

1. Kue Keranjang Khas Utara

Kue keranjang di Tiongkok Utara berwarna putih dan kuning dengan rasa manis yang dikukus atau digoreng. Kue keranjang di Beijing dibuat dengan jujube dan beras ketan atau nasi kuning.

Berbeda lagi di Shanxi dan Mongolia Dalam, yang biasa membuat kue keranjang dengan isian pasta kacang merah atau pasta jujube. Daerah Hebei, kue keranjang biasanya ditambahkan isian jujube, kacang merah kecil, dan kacang hijau.

2. Kue Keranjang Khas Timur

Kue keranjang ala Shanghai dibuat dari beras non-ketan sehingga berwarna putih. Niangao biasanya disajikan dengan menggoreng irisan kue keranjang sehingga disebut chao niangao atau kue keranjang goreng.

Hidangan kue keranjang ini biasanya digoreng bersama daun bawang, daging sapi dan babi, hingga kubis. Sementara di wilayah Jiangnan (Delta Yangtze), kue keranjang manis atau gurih dimasak dengan cara dikukus, digoreng, atau direbus dalam sup.

3. Kue Keranjang Khas Kanton

Kue keranjang Kantong memiliki ciri khas gula merah sehingga warnanya kuning tua dan teksturnya lengket. Kue keranjang khas Kanton bisa langsung dimakan atau digoreng dengan irisan tipis.

4. Kue Keranjang Khas Fujian/Hokkien

Kue keranjang Fujian/Hokkien dibuat dengan gula putih atau gula merah, kacang tanah, kurma merah, biji melon, kenari, serta buah dan biji lainnya. Kue kemudian dibungkus telur atau tepung maizena (tepung jagung), lalu digoreng.




(irb/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads