Imlek adalah merah. Siapa yang langsung terpikirkan warna merah saat mengingat Imlek? Selain merah, warna apalagi ya, yang mendominasi perayaan Tahun Baru China ini.
Ternyata tak hanya merah, Imlek juga identik dengan warna kuning. Warna-warna yang mendominasi perayaan Imlek ini ternyata memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tionghoa.
Baca juga: Apa Itu Imlek? Ini Sejarah hingga Maknanya |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warna Khas Imlek
Warna merah dan kuning menunjukkan kekhasan budaya Tionghoa, tak terkecuali dalam tradisi Imlek. Lampion, bunga sakura, hingga hiasan dinding saat Imlek selalu menggunakan warna merah dengan perpaduan kuning.
Warna-warna khas Imlek ini memiliki makna mendalam dan dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan kebahagiaan. Berikut penjelasan mengenai warna-warna yang mendominasi Imlek.
1. Warna Merah
Melansir Repository Unika berjudul Komodifikasi Budaya Tionghoa dalam Iklan Televisi yang ditulis Olga Dinar Nugroho, bagi masyarakat Tionghoa, warna memiliki peran yang sangat penting. Mereka menganggap kehidupan tanpa warna menggambarkan kehidupan yang kering dan tidak riang gembira.
Dalam budaya Tionghoa sendiri setiap warna memiliki makna tertentu. Seperti saat perayaan Imlek, warna merah bermakna kebahagiaan,keceriaan, dan kemeriahan. Warna merah mendominasi perayaan Imlek karena dapat memeriahkan suasana dan dipercaya membawa kebahagiaan.
2. Warna Kuning
Meski merah menjadi warna yang paling mendominasi perayaan Imlek, ada warna lain yang juga identik dengan tahun baru China. Yaitu warna kuning yang menjadi pelengkap.
Zaman dahulu, warna kuning memiliki makna sebagai warna kekaisaran. Pada masa kekaisaran di Tiongkok, warna kuning tidak bisa digunakan secara sembarangan, terutama bagi rakyat jelata.
Sementara saat ini, warna kuning pada perayaan memiliki makna ketulusan dan keikhlasan.Warna kuning diharapkan memberikan energi positif pada masyarakat Tionghoa yang merayakan Imlek.
Apa Itu Imlek?
Melansir laman Kemdikbud, dalam bahasa Tiongkok, Im artinya bulan dan Lek artinya penanggalan. Sementara dalam bahasa Hokkien, artinya kalender bulan. Imlek disebut juga kalender Tionghoa, yaitu kalender lunisolar yang dibentuk dengan menggabungkan kalender bulan dan kalender matahari.
Penghitungan kalender Imlek atau lunar didasarkan pada siklus bulan. Sehingga tanggal Tahun Baru Imlek selalu berbeda-beda setiap tahun.
Setiap bulan dalam kalender lunar diwakili hewan-hewan, mulai dari anjing, babi/babi hutan, tikus, lembu, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, domba, monyet, dan ayam jago.
Sejarah Tahun Baru Imlek
Seperti dirangkum dari laman Kemdikbud, Tahun Baru Imlek selalu bertepatan dengan awal musim semi di China. Tanaman-tanaman kembali tumbuh usai membeku karena musim saji.
Masyarakat Khonghucu kemudian melakukan serangkaian upacara sembahyang. Upacara ini sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bersinarnya matahari sebagai sumber kehidupan.
Sejak saat itulah, setiap tahun dirayakan Imlek. Masyarakat Tionghoa pun saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek kepada sanak saudara dan anggota keluarga.
Kalimat yang diucapkan biasanya, yaitu gonghe xinxi, wanshi ruyi yang diteruskan dengan kalimat gong xi fa cai. Kalimat tersebut memiliki makna selamat tahun baru, berlaksa karya sesuai harapan, dan selamat tahun baru semoga sukses dan makmur.
Perayaan Imlek pun tak berhenti di sana. Ada berbagai tradisi yang digelar pada saat Imlek. Misalnya, bagi-bagi angpao yang merupakan simbol berbagi rezeki sesuai kemampuan masing-masing memberi.
Imlek juga identik dengan warna merah. Warna ini muncul di angpao hingga pernak-pernik lain. Warna merah pada dekorasi maupun angpao dipercaya melambangkan kebahagiaan yang terpancar.
(irb/dte)