.webp)
Melansir website Korea Culture and Information Service, bingsu atau patbingsu menjadi hidangan pencuci mulut sejak Dinasti Joseon pada 1392-1910. Nama bingsu diambil dari kata seobingo atau bingo yang merujuk pada serpihan es yang diambil dari lemari penyimpanan es kerajaan.
Awalnya seobingo hanya dinikmati kalangan elit Dinasti Sojeon dan bentuk bingsu yang ditemui sekarang cukup berbeda dengan seobingo. Seobingo yang merupakan cikal bakal bingsu lebih mirip seperti hwachae (es buah khas korea) yaitu serutan es dengan topping buah.
Hidangan ini mulai merakyat pada 1920-an, ketika banyak pabrik es di Korea memproduksinya secara massal. Saat itu di Seoul para pedagang balok es berlomba-lomba menjual berbagai macam variasi es serut ini.
Sehingga terjadi produksi dan kontribusi yang tidak sehat dan bertentangan dengan peraturan ekslusivitas milik kalangan elit kerajaan. Hidangan ini pun lama-lama menjadi jajanan rakyat.
Bahan-bahannya berupa variasi saus tradisional seperti misutgaru (bubuk biji-bijian panggang), topping kue beras seperti injeolmi atau chapssal tteok, dan akhirnya pat (pasta kacang merah).
Variasi awal yang paling sering ditemui adalah patbingsu. Pat merupakan pasta kacang merah yang direbus bersama kacang merah dan gula untuk menjadi topping bingsu. Beberapa orang menganggap patbingsu sebagai variasi aneh untuk es serut.
Namun patbingsu menjadi hidangan otentik yang ditunggu-tunggu masyarakat Korea untuk disantap di musim panas. Pat bingsu juga menjadi variasi bingsu paling terkenal dan selalu ada di kafe-kafe bingsu di Korea.
Penambahan patbingsu pada bingsu diperkirakan pertama kali terjadi pada saat Korea di bawah kekaisaran Jepang. Setelah Perang Korea, manisan yang dijadikan topping seperti krim kocok, sereal, sirup, ceri maraschino, koktail buah, jeli, dan susu kental manis, ditambah kacang-kacangan.
Di tengah banyaknya variasi kreasi bingsu, perubahan besar terjadi pada versi komersialnya. Pada awal hingga pertengahan 2010-an ketika hidangan penutup khas Korea menjadi sangat populer.
Versi klasik bingsu tetap populer, terutama patbingsu tetapi variasi rasa buah yang beragam juga memiliki banyak penggemar. Mangga menjadi salah satu variasi bingsu yang populer.
Lalu ada variasi berry bingsu dengan topping stroberi, blueberry, dan raspberry menjadi menu wajib di kafe bingsu. Bingsu beragam rasa dan bahan seperti cokelat, kopi, wijen (heugimja), dan matcha juga bermunculan dan semakin digemari.
Kafe Bingsu di Surabaya
Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mengikuti tren bingsu. Tidak sulit menemukan kafe yang menjual bingsu, baik di ibu kota maupun kota-kota besar. Berikut 4 kafe bingsu di Surabaya.
1. Doux Butter
 Bingsu orea di Doux Butter. Foto: Instagram Doux Butter. |
Kafe dessert ini terletak di Jalan Raya Mulyosari Nomor 119 Mulyorejo, Surabaya. Kafe ini menjual berbagai varian bingsu, mulai dari rasa kacang merah hingga oreo. Harga bingsu mulai dari Rp 38.000-Rp 55. 000.
2. Kang Bingsoo
Kafe khusus hidangan bingsu ini beralamat di Jalan Raya Darmo Permai Tim Nomor 19 Sukomanunggal, Surabaya. Menyajikan menu-menu variatif bingsu dengan harga miring Rp 28.000 untuk berbagai rasa.
3. Philips Coffee
 Korean red ginseng bingsu di Philips Coffee. Foto: Instagram Philips Coffee |
Kafe ini terletak di Ruko Plaza Famili, Dukuh Pakis, Surabaya. Bingsu yang terkenal di sini injeolmi bingsu atau bingsu dengan topping kue beras khas Korea. Seporsi bingsu di kafe ini mulai dari Rp 50.000-Rp 65.000.
4. Ahjumma's Kitchen
 Bingsu di Ahjumma's Kitchen. Foto: Instagram Ahjumma's Kitchen |
Restoran Korea di dalam Lenmarc ini menyediakan beberapa variasi bingsu mulai dari Rp 43.000-Rp 48.000. Kafe ini menjadi salah satu destinasi populer untuk menikmati bingsu di Kota Surabaya. Variasi mango bingsu menjadi yang paling direkomendasikan.
Artikel ini ditulis oleh Tari Pagusa, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)
